Normaalschool yang didirikan di Bukittinggi pada tahun 1856 adalah sekolah guru pertama di Sumatera, dan merupakan satu dari (hanya tiga) sekolah guru di luar pulau Jawa.
Dikutip dari salah satu artikel Gaya Bulbul Berjudul : Belajar Dari Normaalschool di Minangkabau
Sebenarnya perhatian masalah pendidikan formal di Hindia Belanda, terutama di Jawa, telah ada sejak tahun 1818 dengan adanya peraturan pemerintah yang menetapkan bahwa pribumi diperbolehkan untuk sekolah di sekolah-sekolah Belanda. Selanjutnya pemerintah akan menetapkan peraturan-peraturan mengenai tata tertib yang diperlukan sekolah-sekolah bagi pribumi itu.
Saat itu kondisi politik di Jawa tidak memungkinkan bagi pemerintah untuk dapat segera merealisasikan peraturan itu. Hal ini diakibatkan oleh adanya perang Jawa dan Cultuur Stelsel yang sangat menyita perhatian pemerintah. Baru pada tahun 1848 peraturan itu dapat terealisasikan.
Dalam catatan kaki Graves, hal.152, saya menemukan data di bawah ini.
Laporan Gubernur van Swieten,12 Februari 1852, Verbaal, No. 3. Padang telah memiliki sekolah yang disubsidi misionaris sejak tahun 1819, tetapi ini khususnya ditujukan untuk penduduk beragama Kristen. Mereka umumnya adalah anak-anak serdadu Belanda (non-Minangkabau), Cina, dan penduduk dari kepulauan Mentawai. Algemeen Verslag van Staat van het Schoolwezen in Nederland-sch-Indie 1827-1833 (Batavia: Hoofd-Komissie van Onderwijs, tanpa tahun), hal.49.
Sampai pada tahap ini, saya masih belum menemukan data yang menyebutkan Normalschool yang didirikan di Indonesia sebelum tahun 1856.
Sejarah Normal School di Jawa
Adalah seorang misionaris Jesuit bernama Franciscus Georgius Josephus van Lith, yang mendirikan Normal School di Pulau Jawa. Dimulai dari Jawa Tengah. Di Indonesia, dia lebih populer (dikenal) dengan nama Romo van Lith.
Saat itu ia memulai kompleks persekolahan Katolik di Muntilan. Romo van Lith memulainya dari sebuah sekolah bernama Normaalschool. Didirikan di desa kecil Semampir pada tahun 1900. Normaalschool adalah sekolah guru untuk penduduk pribumi Jawa.
Sekolah guru untuk penduduk pribumi Jawa ini bisa dimasuki oleh anak Jawa dari mana pun, dan dari agama apa pun.
Tentang Romo van Lith
Romo van Lith lahir di Belanda pada 17 Mei 1863, dan meninggal dunia di Semarang pada 9 Januari 1926, di usianya yang ke 62 tahun. Dia adalah seorang Pastor yang bermodalkan ketaatan, memilih untuk berangkat misi ke Hindia Belanda. Romo van Lith tiba di Semarang tahun 1896.
Misionaris Jesuit asal Belanda ini dikenal memiliki perhatian yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Sebagian sumber menyangkutkan namanya dengan Gua Maria Sendang Sono, tempat di mana beliau pernah membaptis banyak orang.
Kenapa Romo van Lith mudah diterima di tanah Jawa? Sejauh ini saya mendapati kenyataan, Romo van Lith mempunyai nilai plus dalam sosial skill kemasyarakatan. Jika di dunia Islam, langkah-langkahnya sama seperti yang pernah dilakukan oleh para wali songo.
Tentang Normal School Yang Didirikan Romo van Lith
Normal School adalah sekolah menengah bagi para calon guru, berbasis sekolah asrama. Pertanyaan yang ada dalam benak saya sederhana saja, kenapa Romo van Lith mendirikan sekolah untuk anak-anak pribumi? Ternyata jawabannya sederhana. Romo yang satu ini memiliki sikap anti penjajahan, meskipun beliau terlahir sebagai Belanda.
Sikap anti penjajahan otomatis menjadikannya cinta kemanusiaan. Rasa cinta ini mengantarkan beliau untuk menyayangi rakyat Jawa pada khususnya, dengan apa adanya. Hal simpel yang telah Romo van Lith buktikan adalah dengan kefasihannya berbahasa Jawa, dan menjaga hubungan baik dengan para kyai pengasuh Pesantren di sekitar Muntilan.
Romo van Lith memiliki prinsip bahwa pendidikan adalah hak semua orang. Setiap anak-anak pribumi berhak mendapat pendidikan, apapun latar belakang agama yang diwariskan orang tuanya. Pengetahuan adalah sumber kekuatan, begitulah kira-kira yang ingin Romo van Lith ungkapkan. Jika bangsa ini ingin memperbaiki nasib dan masa depannya, maka kata kuncinya ada di sebuah kalimat, yaitu pendidikan.
Begitulah, akhirnya Romo Van Lith gigih dalam mengupayakan hak pribumi dalam mendapat pendidikan yang layak. Tekad itu beliau apresiasikan dengan mendirikan sekolah-sekolah desa Normaalschool di tahun 1900.
Setelah Normaalschool, Romo van Lit juga mendirikan Kweekschool tahun 1904. Bedanya dengan Normaalschool, kweekschool berbahasa pengantar Belanda, sedangkan Normaalschool menggunakan bahasa daerah. Setelah Normaalschool dan Kweekschool, pada tahun 1906, Romo van Lith melengkapi apresiasinya dengan mendirikan pendidikan guru-guru kepala.
Sebagai penutup, akan saya kutipkan catatan kaki nomor 40 yang saya temukan di buku karya Yudi Latif yang berjudul, Inteligensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad Ke-20.
Dengan munculnya pendidikan untuk orang-orang desa dan berdirinya sekolah-sekolah bergaya Eropa yang baru, sekolah ini setelah tahun 1906 direorganisir dan dibagi menjadi dua kategori.
Yang pertama ialah yang disebut sebagai Normaalschool yang didirikan untuk menghasilkan para guru untuk sekolah-sekolah berbahasa daerah.
Yang kedua ialah sekolah Kweekschool yang untuk bisa memasukinya, terlebih dahulu harus lulus ELS (atau yang sederajat). Sekolah ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan guru-guru bagi sekolah-sekolah bergaya Eropa pada level dasar dan bahkan menengah pertama yang akan muncul pada dekade berikutnya.
Semoga gambaran sederhana ini cukup bisa mengantarkan saya pada sejarah Normal School di Jember. Dan semoga saja saya bisa menemukan titik cerah akan sosok bernama ABD. MOEKI.
Salam gaya Bulbul!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.