Jumat, 19 Oktober 2012

Tersandung Plakat Penanda Sejarah

Jumat, 19 Oktober 2012
Saya kembali mentelengi sebuah papan nama kecil bertuliskan ABD. MOEKI yang ada di genggaman seorang siswa. Apa benar siswa yang memegang itu sendirilah yang bernama Abdoel Moeki? Ataukah nama salah seorang guru? Atau seorang tokoh pendidikan di era 1920-an? Mengingat, ada seorang siswa lain yang memegang semacam kertas karton bertuliskan Boedi Oetomo.

Gambar seorang siswa memegang kertas bertuliskan Boedi Oetomo


Selama saya mempelajari sejarah dari SD hingga sekarang, kok rasanya nggak ada ya, seorang tokoh bernama Pak Moeki. Dan memang, ketika satu persatu potensi data saya seser, tak ada (belum ada) jejak yang menyatakan keberadaan Abdoel Moeki di waktu yang lalu, selain selembar foto dari KITLV ini.

Tentang Plakat Nama

Ini Namanya Apa?


Kawan saya yang bernama Deni Adam Malik membahasakan kertas tebal (atau mungkin sejenis mika) itu dengan nama plakat. Dia bilang, hanya seorang guru (atau tokoh penting) yang namanya ada di dalam plakat. Argumen sederhana namun kokoh. Maklum, dia banyak berkutat dengan data-data sejarah, setidaknya dulu saat masih kuliah di sastra ilmu sejarah.

Masalahnya, apakah itu memang sebuah plakat? Apa sih plakat itu?

Mendefinisikan Selembar Plakat Nama

Sepemahaman saya, plakat adalah sebuah karya seni yang biasanya dirupakan tropi atau piala. Ada juga yang mengatakan, plakat adalah tulisan yang ada di dalam tropi, sebagai penjelasan. Misalnya, tulisan juara satu pada sebuah tropi, itulah plakat. Atau, ketika anda selesai melaksanakan mata kuliah KKN, anda diharuskan membuat semacam cinderamata atau souvenir dari marmer dengan ukuran pada umumnya. Saya menamai itu dengan plakat.

Jadi, plakat adalah nama benda sesuai bentuk dan bahannya (plakat marmer, plakat kuningan, plakat plastik, plakat kertas karton, plakat mika, dan sebagainya). Plakat berbeda dengan nama dada maupun nama meja.

Apa pentingnya guru atau kepala sekolah memakai benda seperti yang terlihat dalam foto? Dijadikan nama meja juga tidak bisa karena hanya selembar, bukan lipatan segitiga.

Nah, apakah benda di atas bisa dinamai dengan plakat? Ketika ada yang mengatakan, hanya guru atau kepala sekolah, atau orang di jajaran penting yang namanya pantas tersemat di situ, saya memiliki gagasan yang sebaliknya.

Plakat tersebut untuk siswa. Sayangnya, saya belum memiliki landasan yang kuat. Dengan kata lain, saya masih belum bisa menerjemahkan kisah di balik plakat secara cermat, dengan data-data yang akurat.

Tersandung Plakat

Penyebutan kata plakat dalam bahasa Belanda adalah plakkaat. Orang-orang memberikan pengertian yang seragam mengenai plakat, yaitu poster.

Ketika saya mencoba googling tentang plakat, yang saya temui kebanyakan adalah tulisan-tulisan seputar bisnis barang kerajinan seperti pembuatan souvenir, nama dada, nama yang ditempelkan di tembok depan rumah, tulisan semacam toilet (dengan arah panah), open-close, dan masih banyak lagi.

Kemudian saya menemukan sebuah makalah berbentuk PDF milik Yetti Wira Citerawati SY. Di sini dituliskan tentang definisi plakat (bergandengan dengan kata poster). Definisinya lebih dari satu, tapi semuanya membias. Saya tidak menemukan penyebutan definisi plakat seperti yang ada dalam foto.

Bisa saja saya mengajak anda untuk menyepakati nama benda dalam foto itu adalah plakat. Tapi menurut saya, ini sangat penting. Ketika saya tidak bisa menjlentrehkan plakat itu, maka saya tidak bisa menentukan apakah Abdoel Moeki itu seorang siswa, guru, atau figur yang lain.

PLAKAT PENANDA SEJARAH

Naluri saya mengatakan, saya harus tahu tentang budaya plakat nama di dunia, dan plakat-plakat yang berceceran di kota kecil Jember, terutama di dinding depan sebuah rumah ber-arsitektur lawas.

Biasanya plakat dinding ini bertuliskan nama tuan rumah (selaku kepala keluarga). Misal, plakat nama dinding yang saya temukan di blog Mahapuja, bertuliskan nama BD. Soewondo. Plakat ini berfungsi sebagai penanda akan pemilik rumah.

Plakat Nama Dinding


Sampai di sini, saya sudah mendapatkan kesimpulan pertama. Tentang fungsi dari sebuah plakat, yaitu sebagai penanda. Dia mengikat segala kesan masa lalu dan butuh seseorang untuk mengungkapkannya.

Plakat dan Situs :

Apakah plakat juga bisa dikatakan sebagai situs? Mari kita tengok tentang arti situs itu sendiri.

Pengertian situs menurut KBBI.web.id:

Situs /si·tus/ n 1 daerah temuan benda-benda purbakala: -- fosil binatang purba di daerah itu diusulkan untuk diteliti; 2 Komp a tempat yg tersedia untuk lambang suatu inskripsi; b tempat pd suatu papan yg dapat atau tidak dapat dilubangi.

Pengertian situs menurut wiki:

Situs adalah lokasi kejadian, struktur, objek, atau hal lain, baik aktual, virtual, lampau, atau direncanakan. Selain itu Situs dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:

- Situs arkeologi
- Situs bangunan
- Situs web

Sepertinya plakat yang saya maksud ini lebih dekat dengan bagian dari situs bangunan. Tapi tidak terlalu mengerucut. Ada baiknya jika saya menggunakan kata yang lebih merakyat saja, yaitu memaknai plakat sebagai penanda.
Bicara tentang penanda, saya jadi ingat tentang segala bidang ilmu yang dimulai dengan kata SEM (asal jangan ditambahi 'pak' lho ya). Tak lama setelah saya mengingat SEM, segera saya meraih buku milik Prit (istri saya) yang bertutur tentang SEMIOLOGI - Kajian Teori Tanda Saussuran, karya Jeanne Martinet. Tapi isi buku bersampul coklat itu hanya membuat saya berjibaku dengan kata-kata asing semacam hermeneutik, estetik, tik klutik, dan masih banyak lagi. Terlalu ngampus, saya tidak suka. Saya lebih suka dengan gaya bahasa yang tumbuh di luar kerajaan.

Saya akan membahas plakat nama dari yang umum-umum saja. Nah, karena setiap kali pencarian saya akan kata plakat selalu berjumpa dengan bahasa iklan, saya ajak anda untuk menelusuri sejarah iklan itu sendiri. Bagaimana? Kalau anda tidak mau tidak apa-apa, saya akan tetap menelusurinya. Sekalian belajar dengan cara mandiri.

Sekilas tentang Sejarah Periklanan

Pada era Yunani kuno (periode Yunani Arkais di abad kedelapan sampai keenam sebelum masehi), sudah disinggung tentang keberadaan benda seni kuno yang terbuat dari bebatuan. Batu-batu tersebut diukir dengan aneka kreasi gambar.

Itu adalah masa dimana Yunani belum mengenal huruf. Komunikasi dan kehidupan sosial lebih banyak dilakukan untuk barter barang. Nah, dari sistem barter (tukar menukar barang sesuai dengan kesepakatan) inilah mereka mengenal yang namanya iklan.

Jangan bermimpi mereka akan melakukan iklan di radio, bentuk radio saja masih di awang-awang (radio tanpa kawat diketemukan pertama kali di akhir abad XIX dan disempurnakan pada awal abad XX). Mereka melakukan periklanan manual dari mulut ke mulut atau viral marketing. Semua ditujukan untuk mendukung praktek barter barang.

Dunia juga bergerak, saling tambal sulam dan saling mengembangkan periklanan dengan cara yang sangat sederhana antar komunitas. Kesederhanaannya bisa dilihat dari konsep barter dan adanya gagasan tentang utusan (yang mewakili kepentingan kelompok).

Ketika manusia telah mengenal huruf, cara beriklan pun turut berubah. Apalagi ketika mereka sudah bisa merangkai huruf demi huruf dan menjadikannya sebuah pesan. Didukung dengan ditemukannya kertas di Cina tahun 1275, memberi angin segar pada dunia periklanan.

Periklanan semakin pesat sejak seorang warga negara Jerman bernama Johan Gutenburg menemukan mesin cetak. Itu terjadi pada tahun 1450. Termasuk dalam penemuannya adalah aloy logam huruf (type metal). Saya menebak, yang dimaksud dengan aloy logam huruf tersebut adalah plakat dari logam cor seperti yang saya maksud.

Penemuan Johan Gutenburg membuat gairah periklanan semakin hot. Mereka mulai membuat plakat nama untuk menunjukkan keahlian seseorang yang ditawarkan. Atau menjadikannya sebagai sebuah pesan, semacam iklan layanan, atau tanda-tanda yang lain.

Seterusnya, periklanan melaju bersama sejarah dunia. Ketika ada revolusi industri (pertengahan tahun 1700 hingga akhir PD I), saat dimulai eksploitasi besar-besaran, dunia iklan ikut bicara. Didukung oleh penemuan-penemuan baru seperti telepon, film dan teknologi fotografi, semakin membuat dunia iklan berlari kencang.

Sampai pada era masyarakat industri, dimana budaya kapital semakin mencengkeram, dunia iklan seperti sedang mengganti mesinnya dengan mesin yang lebih baru dan canggih, hingga lajunya semakin joss. Apalagi, sejak ada booming televisi di tahun 1940-an.

Perihal plakat untuk beriklan, bertahan di Indonesia hingga memasuki abad XX. Biasanya plakat ini difungsikan untuk menunjukkan keahlian seseorang, atau menyampaikan pesan tentang barang dagangan, untuk monumen kematian, nomor rumah, penanda dari seorang pemilik rumah, hingga aneka souvenir.

Berikut Adalah Beberapa Contoh Plakat Beserta Fungsinya:

Plakat Dalam Arsitektur Bangunan


Sebuah gardoe polisi di tahun 1903, mungkin di Batavia. Gambar dari kitlv


Plakat yang berfungsi sebagai penanda berdirinya Masjid Cipaganti

Plakat Untuk Iklan


Plakat Untuk Informasi


Plakat Untuk Souvenir


Selanjutnya, plakat berkembang mengikuti hukum pasar. Dimana ada permintaan, pasti akan ada pelayanan meskipun barang (plakat) akan mengalami pergeseran fungsi. Ini sama saja dengan nasib plat nomor kendaraan. Asal ada uang, kita bisa saja membuat plat kendaraan bertuliskan nama kita sendiri, angka yang kita mau, atau hanya sekedar tulisan iseng.

Mengenai souvenir, berkembang juga souvenir-souvenir lain yang diistilahkan sebagai plakat. Misalnya, plakat kenang-kenangan dari panitia untuk pembicara sebuah seminar, dan masih banyak lagi yang bisa dicontohkan. 

Sedikit Tambahan

Sementara ini saja tulisan saya mengenai plakat dan perkembangannya. Mengenai contoh-contoh plakat  yang ada di Jember, akan saya tuliskan di artikel setelah ini. Terimakasih.

Salam Gaya Bulbul!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.

RZ Hakim © 2014