Di Kalisat, Prajasa adalah partner bagi PT. PLN untuk urusan baca meter, penekanan tunggakan dengan PLN, dll.
Saya tentu mengenal Prajasa sebab ia adalah tetangga kontrakan. Lokasinya tepat di sisi kanan rumah kontrakan kami, di JL. KH. Dewantara 16, desa Kalisat kecamatan Kalisat, Jember.
Tampak dalam foto --dokumentasi Agustus 2016, latar belakang bersandarnya sepeda kayuh, itulah PRAJASA, sebutan lain untuk PT. Pratama Kinerja Prakasa
Rumah yang kami kontrak berasitektur Indo-Eropa, dengan lantai yang sudah diperbaharui. Sisi Barat rumah ini juga sudah ada penambahan, yaitu ruang tengah semi aula, dan paling sudut sendiri adalah sebuah garasi. Rumah yang terdiri dari tiga ruang ini menjadi tanggungjawab keluarga Bapak Warto selaku pemegang hak dari PT. KAI, kemudian disewakan kepada tiga pihak:
1. Garasi disewa oleh Mas Yuli warga Lorstkal
2. Ruang tengah disewa oleh PT. Pratama Kinerja Prakasa
3. Rumah induk beserta taman di belakang rumah kami sewa selama dua tahun.
Meskipun besar dan sekelas PT, namun tak ada banner atau papan nama yang menunjukkan bahwa di samping rumah kami adalah kantor PT. Pratama Kinerja Prakasa. Entah mengapa. Ia juga tak dilengkapi dengan penjaga malam. Biasanya, di setiap malam kantor Prajasa ditinggali oleh Pak Yon, salah seorang karyawan. Pak Yon berasal dari Banyuwangi, dia orang baik dan suka menyapa.
Di mula-mula persiapan kontrak rumah, saya harus membuat kamar mandi sendiri, sebab dua kamar mandi rumah, dua-duanya terletak di ruang aula --tengah-- yang disewa oleh Prajasa. Melalui Bapak Azhari, mantan kepala Prajasa cabang Kalisat yang rumahnya ada di desa Ajung kecamatan Kalisat, saya menjadi mengerti bila ia keberatan bila token listrik saya bagi dua --pembagian jalur melalui MCB. Takut nggandol katanya.
"Nanti kalau ampere dibagi, saya khawatir njegleg, Mas. Bukan apa-apa, pekerjaan kami padat, selalu menggunakan komputer untuk laporan, apalagi memasuki tanggal duapuluh hingga akhir bulan."
Akhirnya saya urungkan niat itu. Tiga penyewa satu token listrik, dengan pemakai aktif adalah kami dan Prajasa.
Mulanya Pak Azhari khawatir sebab kami rumahtangga. "Ya tahu sendiri lah Mas, kalau rumahtangga kan pengeluaran listriknya banyak." Saya tersenyum. Tak saya jelaskan bahwa kami tidak konsumsi televisi, belum berpikir membeli kulkas, hanya urusan lampu penerang dan speedy saja yang aktif. Di bulan Maret tahun lalu, meskipun saya dan istri masih belum mendiami kontrakan, tapi kami sudah membeli token listrik seratus ribu untuk turut urunan mengisinya. Hingga bulan ini --Maret--, saya telah membeli sepuluh kali token seratus ribu, agar hubungan kami tetap berjalan baik.
Jendela yang kami beri undakan untuk menuju kamar mandi. Sedangkan pintu samping telah kami paten pada 7 April 2016. Dokumentasi pada 6 April 2016.
Semua yang diminta oleh Prajasa telah kami lakukan, termasuk mematen pintu yang menghubungkan ruang tengah kontrakan kami dengan ruang utama Prajasa. Ia saya palang dengan kayu. Paten, tak mungkin bisa dibuka. Semua berjalan dengan baik, orang-orang Prajasa juga baik. Terlebih di sana ada satu rekan yang dulu saya kenal di Sastra, panggilannya Bledhex. Dia teman yang baik.
Permintaan kami hanya satu, mereka juga melakukan hal yang sama untuk menutup akses pintu yang menghubungkan ruang kontrakan Prajasa dengan taman di belakang kontrakan, seperti yang tertera dalam perjanjian kontrak antara saya dengan keluarga Bapak Warto. Namun sepertinya hal sepele ini sulit sekali dipenuhi oleh PT. Pratama Kinerja Prakasa.
Pada 20 Desember 2016, untuk kali pertamanya istri saya mengajukan keberatan kepada Bapak Bayu, kepala Prajasa cabang Kalisat. Ia lalu menjanjikan untuk menutup pintu yang dimaksud. Tak lama kemudian, pada 18 hingga hari ini --28 Februari 2017, pintu yang menghubungkan dengan halaman belakang kembali terbuka lebar. Istri saya malu bila sewaktu-waktu harus ke kamar mandi. Untuk menuju kamar mandi, kami harus melalui jendela --yang kami beri undakan sebagai akses ke belakang. Saya mungkin bisa cuek dan santai bila harus ke kamar mandi, tapi tidak demikian dengan istri saya. Ia kikuk.
Menurut Ibu Warto, masa kontrak PT. Pratama Kinerja Prakasa akan habis di pemula Maret 2017. Namun Prajasa berencana memperpanjang kontrak, melalui pimpinan mereka di Malang yang telah menghubungi Ibu Warto di Sumberjeruk, Kalisat.
"Ngapain susah-susah, pintunya dipalang saja dari luar." Begitu kata Ibu Warto, ketika istri saya curhat. Kami tertawa mendengarnya. Tentu tidak saya lakukan itu. Para karyawan Prajasa baik-baik, saya kira pasti ada jalan keluar yang sama-sama tidak merugikan kedua belah pihak.
Dijanjikan oleh Ibu Warto, bila nanti pihak Prajasa Malang menghubunginya kembali, ia akan menyampaikan satu syarat tersebut, biar sama-sama enak. Syukurlah bila begitu, istri saya tentu akan senang dan tenang, tak lagi kikuk.
Kemudian kami mulai mengerti akar masalahnya. Rupanya ruang sebelah hawanya panas. Sumuk. Itu disebabkan karena masalah ventilasi. Pantaslah jika kantor di ruang sebelah sering membuka pintu samping. "Oooh, begitu toh," ujar kami. Lalu saya dan istri pun tersenyum. Indahnya bertetangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.