Gaya Bulbul Pengamen Jember Legendaris
Sebelum berkisah tentang Gaya Bulbul, ijinkan saya untuk berbagi sekelumit kisah tentang Syandana Aldin Wijaya.
Baiklah, akan saya mulai. Singkat saja.
Saya dilahirkan dua bersaudara, dari pasangan Abdul Rohim dan Almarhumah Kardiyati. Rohim Tusdiyah Indah, itu adalah nama Kakak perempuan saya, satu-satunya saudara kandung yang saya miliki.
Dan pada 4 Mei 2012, dia melahirkan seorang putra mungil.
Tadinya si kecil hendak diberi nama Rimba Aldin Wijaya. Namun urung, berganti menjadi lebih indah. Syandana Aldin Wijaya. Dialah warga pendatang baru Jember, dari pasangan Abdurrahman (asli Lombok) dengan Rohim Tusdiyah Indah.
Syandana Aldin Wijaya lahir secara caesar di Rumah Sakit Bina Sehat Jember (Jl P. Jayanegara 3 Jember), pada 4 Mei 2012 pukul 06.25 WIB. Beratnya 3,5 kilogram, dengan panjang tubuh 39 cm.
Saya berpikir, saat besar nanti Aldin butuh tahu kenapa blog Paklik-nya ini bernama gaya bulbul. Jadi, akan saya kisahkan gaya bulbul untuk Aldin.
Gaya Bulbul
Antara tahun 80 hingga 90-an, hiduplah seorang pengamen lelaki di Jember. Entah siapa nama beliau sebenarnya, orang-orang lebih senang memanggilnya dengan sebutan GAYA BULBUL. Nah, dari sinilah cerita tentang Gaya Bulbul dimulai.
Ketika saya masih kecil (dan masih sering tinggal di rumah mbah di kreongan - belakang STM Jember yg lama - sekarang beralih fungsi menjadi gedung SMP 10 Jember), saya sering menikmati Gaya Bulbul bernyanyi.
Ekspresinya mantap. Gaya Bulbul memiliki ciri khas tersendiri. Tubuh yang tinggi kekar, sepasang kaki yang besar dan berbulu lebat, dan satu lagi, Gaya Bulbul tidak pernah melupakan konde-nya. Ya, dia senang tampil ala perempuan.
Entah apakah Bapak Seniman yang satu ini benar-benar trans-gender atau hanya sekedar menjalani peran entertaint, saya tidak tahu pasti.
Selain berkonde, Gaya Bulbul senang memakai gabus / bantalan hanya agar terlihat dia berpayudara. Bokongnya juga tampak disemok-semokkan. Bibirnya diberi lipstik tebal, membuatnya tampak sangat tidak cantik, haha. Maaf, tapi begitulah yang saya ingat.
Banyak anak kecil yang berlari ke pelukan ibunya manakala Gaya Bulbul sambang kampung. Tapi Gaya Bulbul memang penuh pesona, sedang anak kecil penuh rasa ingin tahu. Perpaduan yang sempurna. Di balik dekapan ibu, si kecil tetap nek cornek'an alias mengintip si Bulbul. Itu adalah pemandangan yang umum di kampung-kampung yang dilintasi Gaya Bulbul.
Jreng jreng jreng.. "Mendut yang.. mendut yang.. e katanya mendat menduuut.." dan masih banyak lagi yang bisa beliau nyanyikan. Ketika ecek-ecek sudah ada di tangan, lagu apapun bisa GAYA BULBUL nyanyikan.
Konon kabarnya, GAYA BULBUL memulai kiprahnya bernyanyi dari kampung ke kampung, dari gang ke gang, di sudut-sudut kota jember, sejak akhir tahun 70 -an dan masih eksis hingga awal millenium.
Sedikit Tambahan
URL blog RZ Hakim ini sengaja saya beri tajuk Gaya Bulbul bukan tanpa alasan. Itu semua karena atas nama masa kecil.
Kisah masa kecil saya berceceran, dari Patrang hingga kampung Kreongan. Rumah orang tua saya di Patrang, dekat Taman Makam Pahlawan. Sedang Mbah saya (dari pihak Bapak) tinggal di Kreongan. Saya orangnya pelupa. Jadi, satu-satunya cara untuk mengingatnya adalah dengan mencatat kisah-kisah yang berceceran itu.
Baiklah Aldin, itu dia kisah tentang seorang pengamen Jember bernama Gaya Bulbul.
Foto Gaya Bulbul saya dapat dari blog milik Mbak Arie
BalasHapus