Senin, 12 November 2012

Dongeng Eyang Roekanti Tentang Notohadinegoro

Senin, 12 November 2012

Pencarian saya pada sosok ABD. MOEKI, memperkenalkan saya dengan Mas Dedy, rekan dari Windi (yang selama ini membantu berburu data tentang keberadaan Normaalschool di Jember th. 1923).

Mas Dedy adalah cucu dari Eyang Roekanti (istri dari A
lm. Eyang Koesdi). Bapaknya Mas Dedy ini adalah anak ke-4 dari sebelas bersaudara (dari pasangan Eyang Koesdi dan Eyang Roekanti). Wah, mbulet ya? Baiklah, akan coba saya ringkas.

Singkat cerita, hari ini 12 November2012, Mas Dedy mengantarkan saya menuju rumah Eyang Uti Roekanti. Dua rekan lain yang ikut dalam rombongan kecil ini adalah Windi dan Oyot (Donny Dellyar). Yang kami tuju adalah sebuah rumah di Jalan Rasamala No. 36 Baratan (jalan menuju rembangan).

Setiba di rumah Eyang, Mas Dedy sungkem pada Eyang Utinya. Saya, Oyot, dan Windi, juga sungkem.

Dan ceritapun mengalir dari Eyang Roekanti. Dimulai dengan sebuah kalimat, "Mohon maaf, pendengaran Eyang sudah mulai menurun, begitu juga dengan penglihatan." Eyang mengatakan itu dengan logat jawanya yang kental.

Di perbincangan pembuka, Eyang Roekanti menuturkan kisah tentang Notohadinegoro, yang namanya diabadikan menjadi nama stadion di Jember.

"Saya dilahirkan di Ngawi, 26 Januari 1918. Tahun 1932, barulah saya ke Jember, ikut orang tua. Empat tahun kemudian, saya menikah dengan Eyang Koesdi. Nah, suami saya ini yang masih keponakannya Notohadinegoro."

Dari Eyangnya Mas Dedy ini, saya jadi tahu bahwa Bapak Notohadinegoro memiliki empat saudara lain (lima bersaudara).

1. Wiryo Kusumo (Bapak mertua Eyang Roekanti)
2. Wiryo Dinoto (nama asli Notohadinegoro)
3. Wiryo Suseno, Walikota Pasuruan
4. Wiryo Sutedjo, dosen di Surabaya
5. Wiryo Suprapto, Bupati Sragen

Yang nomer satu itu adalah Bapak mertua dari Eyang Roekanti. Dengan kata lain, Eyang Koesdi adalah putra dari Wiryo Kusumo.

Yang nomer dua, Wiryo Dinoto, itu adalah nama asli dari Notohadinegoro. Ya ya, saya pernah membaca ini di blog-nya Pakde Bagio.

Nama Notohadinegoro adalah gelar yang diberikan oleh Mangkunegaran, karena mempersunting putri Keraton Solo. Menurut Eyang Roekanti, itu adalah istri kedua Wiryo Dinoto / Notohadinegoro. Dari istri pertama, Notonegoro memiliki 5 orang putra:

1. R. Soegeng, bekerja di Belanda
2. R. Singgih, Mantan perwira di Mabes Polri
3. R. Soekamto, dosen UI
4. R. Harsono, DANRES Bojonegoro
5. R. Soetomo, Kepala Polisi Riau

Dulunya, Notohadinegoro adalah seorang Wedono di Ngadiluwih - Kediri. Baru kemudian mendapat perintah untuk menjabat Bupati di Jember sejak 1929. Secara hukum, Notohadinegoro adalah Bupati pertama di Kabupaten Jember.

Karena tulisan ini sudah sangat panjang, kisah selanjutnya dari Eyang Roekanti, tentang sekolah-sekolah di Jember tempo dulu, juga tentang Normaalschool Jember, akan saya tuliskan di status selanjutnya. Terima kasih

2 komentar:

  1. Sayangnya aku baru baca sekarang... ingin kontak sampean Admin utk lebih banyak informasi...

    BalasHapus

Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.

RZ Hakim © 2014