Jumat, 26 September 2014
Catatan Saya Mengenai Materi Isu Lingkungan
Jumat, 26 September 2014
Indonesia merupakan satu dari sekian banyak negara yang memiliki kerumitan tingkat tinggi dalam permasalahan lingkungan. Semakin lama, permasalahan lingkungan menjadi suatu hal yang kompleks bagi seluruh negara di dunia. Hampir setiap negara punya permasalahan yang sama. Semuanya punya sumbangsih yang sama dalam rangka upaya perusakan bumi. Lantas, siapa sebenarnya dalang dari semua permasalahan ini?
Satu bumi tidak akan cukup untuk orang yang serakah. Ada yang ingat kata-kata ini? Ya, semuanya berawal dari sebuah kebutuhan yang sudah berubah menjadi keinginan. Bila kita renungkan lebih dalam, mungkinkah semua ini terjadi karena ketimpangan antara kebutuhan dan keinginan?
Inti dari semua permasalahan lingkungan di dunia ini sebenarnya hanya karena faktor ekonomi. Dari faktor ekonomi inilah yang nantinya dapat menimbulkan beberapa sub faktor yang lain seperti ekologi dan sosial. Faktor ekonomi merubah semuanya menjadi raksasa yang kejam.
Ada apa dibalik pengerukan tambang emas di Indonesia yang semakin membabi buta? Kebijakan apa di balik Reklamasi Teluk Benoa? Ada apa di balik pengerukan Gumuk secara besar-besaran di Jember? Lumpur lapindo yang sekian lama, apa kabarnya? Hutan-hutan Indonesia yang semakin menipis, untuk apa? Sampah-sampah dan regulasi yang tidak tepat, permainan apakah ini? Ruang-ruang terbuka hijau yang bergeser menjadi pusat pertokoan, karena apakah semua ini? Peralihan lahan produktif menjadi hunian, apakah ini sesuai?
Semua permasalahan di atas bisa dipastikan adalah hanya untuk pemenuhan ekonomi yang mengakibatkan tingkat konsumerisme manusia tak bisa dibendung lagi. Semua ingin dikuasai. Dari sinilah awal dari segala ketidakadilan terjadi. Penguasaaan yang membabi buta menjadikan semuanya tidak seimbang. Konsumerisme yang tinggi mengabaikan dampak ekologi yang nantinya akan terjadi. Dari sini juga muncul beberapa ketidakadilan di bidang sosial. Ada budaya yang terampas, kesenjangan taraf hidup, gaya hidup, pola pikir dan juga kesehatan. Pelan tapi pasti semua ini telah terjadi dalam masyarakat kita. Banyak yang tak menyadari karena sebagian besar larut di dalamnya.
Sekarang, mari kita sandingkan antara Isu Lingkungan dengan Jurnalisme Lingkungan.
Apa itu Jurnalisme Lingkungan? Apakah berbeda dengan jurnalisme-jurnalisme yang lain? Saya kira, Jurnalisme Lingkungan memiliki dasar yang sama dengan Jurnalisme umum. Perbedaannya hanya ada pada konten. Jurnalisme Umum tentu lebih luas, sedangkan Jurnalisme Lingkungan lebih menekankan pada peliputan isu-isu lingkungan. Dengan kata lain, Jurnalisme Lingkungan adalah segala bentuk tindakan pencarian berita yang konsentrasi liputannya terletak pada isu lingkungan.
Semoga paragraf di atas cukup memberi gambaran betapa isu lingkungan berkaitan erat dengan Jurnalisme Lingkungan.
Apa manfaatnya ketika kita mengangkat masalah lingkungan ke media massa? Kita tahu, penyambung pesan dan informasi ke masyarakat yang paling utama adalah media massa dan wartawan-wartawannya. Dengan demikian peran jurnalis sangat penting mengingat isu lingkungan pada umumnya dan isu perubahan iklim-pemanasan global ini terkadang tidak sederhana dan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang.
Jurnalisme Lingkungan hadir dikarenakan pengelolaan sumber daya alam saat ini belum memenuhi prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan.
Lantas, apa yang harus kita lakukan? Tetaplah menjadi diri sendiri. Manfaatkan alam sesuai batas kebutuhan, bukan keinginan. Mari menulis untuk melindungi.
Salam lestari!
Tulisan pendek ini dibuat sebagai pemantik diskusi pada Pelatihan Jurnalistik Lingkungan Tingkat OPA Se-Indonesia. Dilaksanakan oleh SWAPENKA pada Jumat - Minggu, 26 - 28 September 2014, bertempat di Villa Zeelandia, Tanggul - Jember.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sepakat. Dengan menulis kita menyebarkan rasa peduli terhadap lingkungan ^^
BalasHapus