Selasa, 02 September 2014

Yopi Indra Triawan

Selasa, 02 September 2014
Oleh RZ Hakim

Facebook mengingatkan saya pada seorang sahabat bernama Yopi Indra Triawan. Lelaki pencinta scooter ini, ia kuliah di Fakultas Teknik Universitas Jember angkatan 2003. Kami mudah menjadi akrab sebab sama-sama terjun di bidang serupa, pencinta alam. Ketika itu Yopi aktif sebagai anggota Mahadipa Angkatan Diklat tahun 2004.

Suatu hari, tepatnya di tanggal 14 Agustus 2009, Yopi menuliskan sesuatu di dinding Facebook milik organisasinya sendiri, Mahadipa. Ia update status dengan tidak menggunakan akun Facebook pribadi, melainkan masuk di akun Facebook organisasi. Update status tersebut dianggap mencederai nama baik organisasi.

Kawan-kawan se-organisasi marah, namun tetap saja mereka tidak tahu siapakah dalang di balik penulisan status.

Esoknya, Yopi singgah di sekretariat Mahadipa. Orang-orang masih membicarakan hal yang sama, seputar update status di akun Facebook organisasi. Dengan berjiwa besar, Yopi berkata bahwa yang menuliskan itu tak lain adalah dirinya.

Singkat cerita, kejadian ini menyebabkan Yopi mendapat skorsing dari kawan-kawannya sendiri. Tentu saja dengan melalui musyawarah. Mufakat yang diraih adalah skorsing. Yopi di-skors, tidak boleh menggunakan segala atribut Mahadipa selama dua periode kepengurusan. Kurang lebih sekitar dua tahun masa skorsing.

Saat itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE memang sudah diberlakukan, tapi Mahadipa tetap menggunakan jalur musyawarah keluarga.

Sejak Yopi non aktif dari Mahadipa, kami sering melewati waktu bersama-sama. Ia tinggal di panaongan. Yopi membawa serta seperangkat PC komputer miliknya untuk diboyong di rumah saya. Dia bilang, keberadaan PC komputer akan memudahkannya untuk nyicil penggarapan tugas akhir. Pada akhirnya PC tersebut lebih sering saya gunakan. Dari PC milik Yopi inilah saya belajar membuat novel. Saya memberinya judul; Jangan panik aku tidak gila. Novel ini terdiri dari hampir 600 halaman.

Kembali ke Yopi. Setiap hari kami berinisiatif untuk melakukan sesuatu. Saya lihat, Yopi senang menyibukkan diri. Saya mengerti, hanya aktivitas yang bisa menjinakkan kerinduannya pada Mahadipa.

Pada bulan November 2009, Yopi berinisiatif untuk berjualan bensin. Dia bilang, "Semua orang bisa berjualan bensin. Kita juga bisa, tapi tentu harus dengan gaya yang berbeda."

Lalu kami benar-benar melakoni peran sebagai penjual bensin. Namun gaya kami berbeda. Botol-botol bensin yang kami jual tidak hanya dijajar di sebuah papan kayu. Kami mengikatnya dengan tali, kemudian menggantungnya. Kata orang, ini namanya bensin eceran cap gantung. Banyak teman yang membeli bensin kami, hanya gara-gara tertarik dengan cara kami berjualan.

Barusan, ketika membuka Facebook lama (Account Closed), saya menemukan status tentang hari pertama berjualan bensin gantung.

Dino pertama dodolan bensin nang tamasya panaongan Patrang. Mugo-mugo lancar. 11 November 2009.

Antara 2008 - 2009, Indonesia punya kisah sendiri tentang bahan bakar minyak, di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada bulan Mei 2008, Pemerintah menggagas kenaikan harga BBM. Satu liter bensin premium menjadi 6500 rupiah. Masyarakat kelas menengah kebawah tampak ketar-ketir. Naiknya BBM sama artinya dengan naiknya harga-harga pokok yang lain, sementara tingkat pendapatan tetap.

Naiknya BBM tak bisa dibendung. Pada 23 Mei 2008, Pemerintah mengumumkan bahwa harga BBM naik. Ibu Sri Mulyani --Menteri Keuangan waktu itu-- mengatakan bahwa harga BBM bersubsidi rata-rata naik 28,7 persen. Kritik untuk SBY datang silih berganti, dari segala arah, seperti tak ingin kalah dengan mengularnya antrian pembeli di POM bensin.

Bulan Januari 2009, Pemerintahan SBY menurunkan kembali harga BBM. Ini merupakan penurunan harga yang kedua kalinya di bulan yang sama.

Cerita yang panjang tentang BBM terulang kembali pada akhir Agustus lalu, ketika pasokan bensin --setidaknya di Jember-- menjadi sedemikian langka.

Saya dan Yopi tidak lama berjualan bensin dengan botol digantung. Kami merasa bersalah. Kiranya kami sedang merampas lahan penghidupan orang lain.

Di hari yang lain, saya menciptakan lagu untuk Yopi. Judulnya, Bersama Bersodara.

Hari berlalu. Tiba-tiba terdengar kabar tentang kelulusan Yopi. Tentu saya senang. Kini Yopi berhak menyandang predikat Sarjana Teknik. Lebih dari itu, kelulusannya juga bertepatan dengan pencabutan masa skorsing oleh Mahadipa. Juli 2010 yang indah.

Dua tahun berikutnya, Yopi mempersunting gadis pujaan hatinya. Ita namanya. Ita asli Purworejo, Jawa Tengah. Tanggal pernikahan mereka adalah 15 September 2012. Turut bahagia. Setidaknya orang-orang di sekitar Yopi tak lagi sepet melihat ia berlama-lama memegang ponsel hanya agar bisa berkomunikasi dengan Ita.

Berita gembira datang lagi pada 26 Desember 2013. Pasangan Yopi dan Ita, mereka dititipi buah hati berjenis kelamin perempuan. Bidadari mungil itu diberinya nama Gendhis Naila Kayana. Ia lahir di Purworejo.

Selamat untuk Yopi dan Ita, pasangan keren.

Dua puluh hari yang lalu, ketika memutuskan untuk membuat akun Facebook baru sebab akun lama memiliki masalah dengan username, saya jadi tersenyum kecil. Dua puluh hari yang lalu, itu adalah 14 Agustus 2014.

Lima tahun yang lalu, di hari yang sama, seorang Yopi Indra Triawan pernah mendapat skorsing dari Organisasi Pencinta Alam MAHADIPA selama dua periode kepengurusan. Ketika itu tulisannya di jejaring sosial Facebook dianggap mencederai nama baik organisasi. Yopi berjiwa besar. Ia melakoni skorsing itu dengan tabah.

Kata adalah senjata. Hukuman mati yang disampaikan oleh seorang hakim hanyalah terdiri dari kata-kata. Perang juga seperti itu. Dibuka oleh kata. Meski kata-kata lekas menghilang di udara secepat mengucapkannya, kehancuran yang diakibatkannya seringkali permanen.

Yopi Indra Triawan, ia mengajarkan saya untuk berhati-hati dengan kata.

Terima kasih Yopi. Sampaikan salamku untuk si kecil Gendhis, juga untuk istrimu tercinta. Selamat menikmati kota Surabaya. Jika tak sempat mudik ke Jember dan kau ingin kita berbincang, merapatlah di akun Facebookku yang baru, di facebook.com/rzhakim.net

Salam Lestari!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.

RZ Hakim © 2014