Oleh RZ Hakim
Hari ini, seorang kawan menyampaikan kabar bahwa salah satu kostum hasil rancangan muda-mudi Kalisat --bertema Apache-- mendapat anugerah The Best Unique Costum di JFC ke-13. Turut senang mendengarnya. Bertambah lagi deretan prestasi muda-mudi Kalisat di bidang desainer kostum. Mereka adalah para desainer otodidak yang berbakat.
Kebetulan saya mengenal sang talent, Intan namanya. Saya juga turut melihat proses kawan-kawan saat merancang kostum Apache untuk Intan.
Intan adalah siswi SMAN 1 Kalisat. Kami pernah berbincang seputar karnaval, sehari setelah JFC digelar. Dari Intan saya mengerti bahwa pihak sekolah mengeluarkan 5 talenta untuk menyemarakkan JFC. Masing-masing mendapat dana 2 juta rupiah. Total, 10 juta untuk kegiatan ini.
Saat saya bertanya apakah uang itu cukup, Intan menggeleng. Menurut Intan, ia masih harus membeli sepatu, dan lain-lain, dan itu memakai uang sendiri.
Foto oleh Lukman, 24 Agustus 2014
Mengenai bulu-bulu kostum Apache yang dikenakan Intan, desainer memanfaatkan bulu-bulu kemoceng.
"Kita bisa saja menggunakan bulu-bulu dari ayam potong. Tapi yang kita kejar adalah bulu-bulu 'lancuran' yang melengkung ke bawah. Nah, ujung kemoceng kan menggunakan bulu ekor ayam kampung. Kami menggunakan itu."
Keterangan di atas saya peroleh langsung dari Mas Ivan Bajil, sang perancang busana. Jadi ketika merancang topi bulu khas Indian Apache, ia harus memikirkan bahan-bahannya. Materi bahan akan berdampak pada topi bulu yang dihasilkan.
Saya teringat artikel pendek di kompasiana yang ditulis oleh Nanang Erma Gunawan. Artikel itu berjudul; Mengapa Orang Indian Memakai Bulu-bulu di Kepalanya?
"Bagi orang Indian bulu bukan sekedar hiasan melainkan ia memiliki makna spiritual yang tinggi..."
Mereka menggunakan bulu Elang, sebab mereka memiliki alasan yang kuat untuk itu.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada para desainer muda Kalisat dan penyelenggara fashion, saya kira, sudah saatnya pihak penyelenggara fashion memikirkan tentang sisi kepantasan ketika harus mengangkat tema tradisi sebuah suku, lalu menggabungkannya dengan unsur kekinian. Sebab ada sejarah tragis yang panjang pada topi bulu Indian. Ia tak sekedar bulu-bulu yang ditata secara artistik saja melainkan memiliki kisah filosofis tersendiri.
Anyway, selamat buat Intan.
Tambahan
Malam harinya, kami mengajak Intan dan kawan-kawan Kari Kecingkul untuk berbincang di acara CLBK on air, via telepon. Intan banyak bercerita prosesnya selama mengikuti Jember Fashion Carnaval.
Artikel ini juga saya jadikan update status Facebook di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.