Saya sedang memegang Golok Pace. Dokumentasi oleh Moohenk, Maret 2014
Golok pace adalah jenis golok buatan para pandai wsi (besi) yang hidup di tlatah Jember. Dengan kata lain, bisa dibilang golok pace adalah 'Made in Jember' dan sekitarnya. Orang-orang Jember biasa menyebutnya wedung pace atau beddung pace.
Lik Wuwul, seorang pencinta golok pace, dia banyak memberi tahu saya seputar ciri-ciri golok pace. Yang pertama tentang handel atau gagang golok. Handel golok pace selalu dibentuk atau diukir menyerupai kepala burung tatat (jenis burung betet). Panjang bilah rata-rata diatas 45 cm, lebarnya tidak lebih dari 2,5-3 cm, sedangkan ketebalannya rata-rata 5-6mm, dengan pangkal bilah yang lebih kecil dari bagian ujung bilah. Itu untuk semua varian golok pace.
Beberapa varian golok pace milik Lik Wuwul
Selain handel yang diukir menyerupai kepala burung tatat, serta panjang, lebar, dan ketebalannya, golok pace juga memiliki ciri-ciri lainnya, yaitu:
1. Ujung bilah berbentuk tumpul tajam dan tidak runcing
2. Bentuk bilah membentuk menyerupai lengkung pelepah pisang jika dibalik, (mapah gedeng. madura.red)
3. Mengandung besi meteorid atau sejenisnya, sehingga jika diberikan warangan campuran-campuran logam tersebut membentuk sejenis pamor seperti pamor yang ada dibilah keris pada umumnya.
4. Besi atau logam yang sudah menjadi bilah terkesan kasar (ngerasak) namun kuat.
Varian wedung pace khas Jember menyandang beberapa nama, seperti nama-nama di dunia keris. Berikut nama-nama golok pace menurut Lik Wuwul, berurutan sesuai foto:
1. si Komantan, (Kemanten. jawa.red)
2. si Benjir. (Banjir. jawa.red)
3. si Kojuk Srantang
4. si Kojik nDang-nDang Lak,(Dandang Ngelak. jawa.red, Kukusan Nasi Haus. indonesia.red)
Sementara jenis golok pace yang masih belum menjadi koleksi Lik Wuwul diantaranya; si rante, si rondo, dan si pelor.
Kata Lik Wuwul, "Mungkin masih banyak varian golok pace lain yang masih tersembunyi dibalik hiruk-pikuknya Djember saat ini."
Golok Pace milik keluarga Dodon, warga Desa Suci Kecamatan Panti, Jember
Melihat dari bentuknya, tentu golok pace tidak dirancang untuk meceli buah kelapa melainkan untuk membela diri.
Golok pace berbahan baja kuat dan mengandung besi meteorit. Memang secara teori, batuan meteor yang berhasil jatuh ke bumi sudah mengandung beberapa campuran logam, seperti kandungan nikel dan titanium. Biasanya, para pandai wsi mengolah bijih besi yang terdapat di dekat tempat tinggalnya, terutama wilayah gumuk/perbukitan. Sepertinya butuh bantuan teman yang mempelajari bidang geologi untuk memastikan bahan yang digunakan.
Menurut arkeolog Titi Surti Nastiti, pandai wsi dimasukkan ke dalam kelompok candala, yaitu kelompok masyarakat yang kedudukannya paling rendah. Di sisi lain, pandai wsi memiliki kedudukan penting dalam masyarakat.
Keberadaan para pandai wsi di Jember pada masa yang lampau menandakan bahwa saat itu telah ada sistem pemerintahan. Sayang sekali saya belum menemukan sumber tentang siapa sebenarnya Mpu Pace (seorang pandai wsi yang namanya selalu dikaitkan dengan pembuatan golok pace), serta para Mpu yang lain. Akan menarik jika dipadukan dengan makam-makam tua atau dalam bahasa lokal dinamakan bujuk, yang ditempatkan di wilayah-wilayah tinggi. Misal, di puncak gumuk.
Ketika saya mendengar cerita dari Lik Wuwul secara langsung, ia tak hanya bertutur tentang kisah golok pace melainkan juga tentang tokoh-tokoh Jember di masa yang lampau. Waktu itu Lik Wuwul menyebutkan nama-nama tokoh tlatah Djember seperti; Mbah Yai Merto Sureng Dipuro (konon Mbah Buyut Merto ini ceritanya berasal dari tlatah Blambangan), Mbah Yai Noerbi'ah, Mbah Yai Sutaman (Mbah Buyut Tanian), serta Mbah Yai Abdul (Mbah Buyut Dulat). Mereka adalah orang yang mumpuni di masanya. Namun itu saja, masih sekedar nama-nama.
"Wedung pace itu sangat akrab sekali pada masa Gerakan 30 September PKI," ujar Lik Wuwul. Dia juga menambahkan, golok ini berjaya karena memang menjadi andalan anggota Banser Hizbulwatton, dan tokoh-tokoh yang punya kompetensi pada saat intrik politik tahun 1965.
Banyak sekali kisah yang mengiringi golok pace ini. Seorang kawan bernama Donny Dellyar bahkan bertanya, "Apakah golok pace ada kaitannya dengan Desa Pace di Jember?" Kata Lik Wuwul, "Bisa iya bisa tidak. Itulah misterinya bedung pace."
Terima kasih Lik, sudah berbagi pengetahuan. Saya kira, selain terus mempelajarinya, akan menarik jika golok ini dibuat dalam bentuk super mini lalu dijadikan cinderamata khas Jember, hehe. Agejek!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.