Tadi siang saya datang di ruang rapat lantai dua Kantor PEMKAB Jember sebagai pemerhati sejarah, atas undangan Keluarga Letkol Moch. Sroedji. Mereka sedang silaturahmi dengan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Jember, sekaligus membicarakan tentang upaya pengajuan permohonan kepada Presiden perihal menjadikan Letkol Moch. Sroedji sebagai pahlawan nasional.
Ibu Pudji Redjeki Irawati selaku putri bungsu Moch. Sroedji hadir bersama putrinya, Irma Devita Purnamasari. Hadir juga bersama mereka adalah Letkol (Purn.) Dr. H. Fauzi Bahar M.Si selaku mantan walikota Padang, provinsi Sumatera Barat, untuk dua kali masa jabatan. Ia sengaja turut serta --dari Jakarta-- ke Jember untuk berbagi pengalamannya selama menjabat sebagai walikota Padang dan berhasil memperjuangkan M. Natsir sebagai pahlawan nasional. Turut hadir menemani keluarga Sroedji adalah Rektor Universitas Moch. Sroedji Jember beserta kolega, Drs. H. Supardi.
Saya datang sedikit terlambat, ketika pihak dari keluarga Sroedji telah memulai pemaparannya.
Di ruang tersebut telah duduk Ir. H. MZA Djalal, MSi selaku Bupati Jember. Berturut-turut dari samping kiri Bupati adalah Sugiarto Sekretaris Daerah Kabupaten Jember, Sekkab Jember Sigit Akbari, Kepala Bakesbang Jember Widi Prasetyo, Kepala Dinas Sosial Pemkab Jember Eko Heru Sunarso, Kepala Bagian Humas Pemkab Jember Zainal Arifin, Bambang CW (prakiraan saya ia adalah Staf Bagian Umum Pemkab Jember), Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkab Jember Imam Bukhari, serta seorang lagi yang bertugas mendokumentasikan pertemuan ini. Rekan-rekannya biasa memanggilnya 'Geng.'
Rupanya sistem pemaparannya disepakati berurutan, dimulai dari pihak keluarga Sroedji, baru kemudian Jajaran Pemkab Jember. Oleh pihak keluarga Sroedji dan Pemerintah Kabupaten Jember, saya diberi kesempatan untuk berbicara. Pendek saja yang saya paparkan, barangkali berdurasi satu atau dua menit.
Ini yang saya katakan.
"Terima kasih Bapak Bupati, juga semua penyelenggara daerah yang ada di ruangan ini. Perkenalkan nama saya Hakim, saya tinggal di Patrang dekat Taman Makam Pahlawan. Selama ini posisi saya adalah menemani pihak keluarga --Sroedji-- untuk turut mengumpulkan data-data di bidang sejarah, semampu yang saya bisa. Pernah saya ceritakan pada keluarga Sroedji, khususnya Mbak Irma, jika penyelenggara daerah Kabupaten Jember di periode ini telah berusaha menyusun buku tentang Sejarah Jember. Beberapa anggota tim peneliti dan penyusun buku adalah sejarawan yang saya kenal, diantaranya adalah guru-guru saya sendiri. Saya kira akan baik jika usaha ini dituntaskan dengan kembali melakukan riset terhadap perjuangan di masa Letkol. Moch. Sroedji. Itu saja dari saya, terima kasih."
Kemudian perbincangan berlanjut dan mengarah pada satu kesimpulan, pihak Pemkab Jember bersedia serta mendukung sepenuhnya upaya pengajuan untuk menjadikan Letkol Moch. Sroedji sebagai pahlawan nasional.
"Ya! Kita bikin saja rangkaian acara di bulan ini," ujar Bupati Jember, MZA Djalal. Ia terlihat antusias, terlebih ketika mengetahui jika kemarin, 1 Februari 2015 adalah hari lahir Moch. Sroedji yang ke-100 tahun. Peristiwa gugurnya Moch. Sroedji juga ada di bulan ini, 8 Februari.
"Mumpung Februari ini di Jember tidak ada acara besar," tambahnya.
Direncanakan dalam bulan ini pihak Pemkab Jember akan mengadakan tiga acara sekaligus. Dimulai dengan acara Napak Tilas pada 8 Februari 2015 untuk mengenang pertempuran serta gugurnya Letkol Moch. Sroedji. Napak tilas ini akan dimulai dari lokasi pertempuran, Karangkedawung, kemudian ditutup dengan tabur bunga di makam Letkol. Moch. Sroedji di Komplek Pemakaman Umum Kreongan. Acara kedua setelah napak tilas adalah lomba karya tulis. Bapak Zainal Arifin selaku Bagian Humas Pemkab Jember akan menjadi koordinator bidang ini. Lalu, di penghujung bulan Februari 2015 direncanakan akan diselenggarakan Seminar Nasional.
"Barusan saya sudah telepon Komandan Brigif Jember, ia mendukung acara napak tilas. Insya Allah enam hari lagi akan kita laksanakan bersama-sama," kata Bupati.
Perbincangan selanjutnya bernuansa santai. Kami lebih banyak mendiskusikan hal-hal yang sifatnya teknis.
Saya tentu dengan senang hati membantu di bidang yang saya pelajari. Bersama bagian Humas Pemkab Jember, saya sempat dimintai urun rembug masalah teknis lomba karya tulis serta rencana Seminar Nasional. Kami bicara bertiga; saya, Humas Pemkab Jember Zainal Arifin, serta Irma Devita cucu Moch. Sroedji.
Sesudah acara selesai, keluarga Sroedji beserta pihak Universitas Moch. Sroedji Jember, Bapak Fauzi Bahar, serta saya dan istri, kami makan di Rumah Makan Bu Lanny. Lokasinya di Patrang, tepat di seberang rumah saya.
wong jember toh mas, salam kenal ya :D
BalasHapusSalam kenal kembali Mas Mohammad Febri Adiawarja. Iyo Mas Eby, aku wong Jember kenean ae, hehe
Hapus