Sesuai dengan janji saya, setelah menayangkan dua tulisan sebelumnya, yaitu: Tersandung Plakat Penanda Sejarah dan Melihat Sejarah Percetakan Indonesia Dari Jember, maka kini saatnya bagi saya untuk menuliskan jawaban tentang status ABD. MOEKI sebenarnya. Apakah dia salah seorang guru di Normaalschool Jember, ataukah siswa si pemegang plakat bertuliskan nama ABD. MOEKI itu sendiri. Dan jawabannya adalaaaaah..
Jreng jreeeng.. eng ing eng..
Ya benar, siswa sang pemegang plakat itu sendirilah si empunya nama ABD. MOEKI atau Abdoel Moeki.
Tadinya saya berpikir, jika saya tidak bisa menentukan mana yang ABD. MOEKI, seorang siswa ataukah salah seorang pengajar (dan atau orang berkedudukan penting), maka selesailah sudah. Saya harus mengubur hasrat ingin tahu ini, karena tanpa mengetahui itu, saya tak bisa melangkah lagi.
Lalu saya menelusuri sejarah plakat. Bahkan tadinya sudah ada rencana untuk mengumpulkan plakat (apapun bentuknya) yang ada di Jember. Syukurlah sudah saya temukan jawabannya. Mungkin suatu hari nanti, saya akan tetap berburu plakat beserta kisah di baliknya, tapi bukan sekarang.
Beberapa kajian sudah saya tuliskan di dua artikel sebelum ini (berturut-turut), jadi saya rasa saya tidak perlu mengulangnya lagi, kecuali kajian penyempurna berikut ini.
Mari kita perhatikan plakat-plakat pada foto
Lokasi foto di atas memang bukan di Indonesia, melainkan di Suriname. Tapi sistem pendidikannya kurang lebih sama. Lihat plakat-plakat itu, setiap plakat menunjukkan nama orang yang duduk di belakang bangku. Kemungkinannya, mereka baru memasuki sekolah tahap-tahap awal. Jadi untuk mempermudah pengajar dalam menghapalkan tiap-tiap nama, dan beberapa hal lagi.
Di Normaalschool Jember juga begitu. Setiap murid baru wajib menaruh plakat nama ini di deretan depan meja belajarnya. Setelah jam pelajaran usai, nama akan tetap di bangku meja. Percuma saja jika akan dibawa, toh Normaalschool adalah sekolah dengan sistem asrama.
Yang terjadi pada ABD. MOEKI adalah kiprah kenakalan kecilnya. Dia keluar dengan membawa serta plakat nama yang seharusnya ada di dalam kelas.
Pemasangan plakat nama di deretan meja akan berlaku hingga para pengajar bisa menghapal nama-nama mereka. Saya katakan tidak selama-lamanya karena dari pengamatan saya, suasana belajar mengajar dalam foto-foto steril dari plakat nama.
Klas van een inlandse normaalschool te Probolinggo of Pasoeroean
Ini salah satu contoh. Kegiatan belajar mengajar di atas menunjukkan bahwa mereka bukan lagi baru atau ada di tahap-tahap awal gelombang tahun ajaran, melainkan sudah lewat masa itu. Tidak terlihat adanya plakat lagi. Sebuah kegiatan belajar mengajar di Madiun juga menunjukkan hal yang sama, begitu pula di sekolah-sekolah yang lain yang sudah saya telusuri.
Sebuah kegiatan belajar mengajar di sekolah Madiun
Sedikit Tambahan
Semoga anda masih ingat tulisan saya di blog Gaya Bulbul ini yang berjudul, Perihal ABD Pada Nama Abdoel Moeki. Di sana saya tuliskan mengenai budaya pemberian nama di Indonesia, dan tentang peraturan seputar nama yang dikeluarkan Belanda.
Untuk urusan peraturan nama-nama, Belanda mengaturnya dengan sangat rinci. Begitu juga dengan yang terjadi di Normaalschool Jember. Meskipun Normaalschool adalah sekolah guru berbahasa pengantar bahasa Melayu dan daerah, namun selalu ada kontrol yang ketat dari pihak kolonial.
Inilah Wajah Abdoel Moeki
ABD. MOEKI adalah seorang siswa yang memegang plakat bertuliskan namanya sendiri.
Saya senang karena telah mengerti posisi / status ABD. MOEKI. Ini memudahkan saya untuk pencarian di langkah-langkah selanjutnya.
Salam Gaya Bulbul!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.