Iya benar, sekarang kita telah mengerti, mujair adalah spesies ikan yang berasal dari perairan laut Kongo, Afrika Tengah. Namun mujair mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat. Sebab di Indonesia, ikan ini ditemukan oleh Pak Moedjair. Bukan hanya itu, Pak Moedjair juga sukses melakukan riset mandiri hingga ikan air payau ini dapat hidup dan berkembang biak di air tawar.
Versi lain mengatakan, ikan mujair memang ikan air laut yang juga dapat hidup di air tawar, seperti ikan bandeng, kakap, belut, dan zalm. Sumber dari sini.
Ketika di masa pendudukan Jepang, kita dianjurkan untuk memelihara mujair di kolam-kolam pinggir rumah. Diharapkan kolam-kolam itu tidak ditembok dan dasarnya bukan cadas atau pasir, melainkan lumpur. Kenapa dianjurkan? Sebab ikan mujair mudah bertahan hidup, mudah pula perkembang-biakannya.
Ikan Untuk Pemberantasan Penyakit Malaria
Wabah malaria melemahkan rakyat Indonesia. Di satu sisi, Jepang sedang bernafsu ingin memeras tidak hanya SDA, namun juga tenaga rakyat nusantara. Maka dari itu, butuh suatu cara untuk membasmi malaria. Apa saja cara yang mereka lakukan? Banyak ragam. Satu diantaranya adalh mempercayakan pemberantasan alami oleh ikan. Dimaksudkan agar ikan-ikan tersebut nantinya menjadi predator jentik-jentik nyamuk hingga pada nyamuk dewasa.
Di surat kabar Pembangoenan edisi 30 Oktober 1943, disebutkan bahwa Jepang menebarkan beberapa jenis ikan. Berikut adalah jenis-jenis ikan yang dimanfaatkan untuk memberantas nyamuk malaria.
1. Ikan kepala timah (untuk air asin dan air tawar), ada dua macam:
a. Haplochilus Panchax, memakai satu tanda putih di kepala, untuk air tawar beranak banyak
b. Haplochilus Javanicus, kanan kiri dua bintik putih, paling baik dalam air asin, sedikit dalam air tawar
2. Miljoenvisch (Lebites Reticulatus) untuk air tawar, asal dari Amerika Selatan, makan ikan lain juga
3. Mujair, masih dalam percobaan. Kira-kira makan wier dalam air tawar dan asin (lumut sutra, mokusa). Mujair makan lumut-lumut ini terlalu bersih hingga ikan-ikan lain yang dipelihara tak dapat umpan cukup
4. Tawes, makan rumput air tawar
5. Ikan mas, cuma makan anak nyamuk sedikit.
Cara menyebarkan ikan-ikan kecil ini baiknya seperti berikut: tempat-tempat mata air dipakai sebagai sarang; sejumlah ikan-ikan itu dimasukkan dalam mata air tersebut. Jika air tinggi ikan-ikan keluar sendiri ke lain-lain tempat.
Derajat Ikan Mujair di Masa Perang
Yang hendak saya tuliskan di bawah ini saya nukilkan dari Pandji Ra'jat edisi 24 September 1948, di suasana agresi militer. Artikelnya berjudul; Kemakmuran Nasional tergantung Pada kekuatan Diri Sendiri. Berikut akan saya tuliskan. Semoga ada manfaatnya.
Ikan di masa sebelum perang..
Semasa sebelum perang, untuk Pulau Jawa misalnya, masih harus didatangkan 100 juta kg ikan kering dari Tahiland, Indo Cina, dan juga dari daerah-daerah lain di Indonesia. Jika ikan kering ini dihitung secara ikan basah, maka jumlah tadi besarnya menjadi 250 juta kg, sedangkan produksi Jawa sendiri mengenai ikan laut dan ikan tawarnya hanya dapat mencapai tingkat sebesar 130 juta kg. Suatu perbandingan yang tidak kecil memperlihatkan pula perbedaannya.
Masa peperangan..
Apabila kita pikiran, bahwa perbandingan yang sedemikian itu terdapat pada masa sebelumnya peperangan. Maka logikanya, ketika masa perang maka kita akan membutuhkan lebih banyak lagi. Sebab kesempatan untuk membeli ikan dari negara lain menjadi tidak mudah.
Kita harus mengusahakan untuk memproduksi ikan sendiri, dengan memanfaatkan pelataran-pelataran rumah, sesempit apapun itu. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa kesanggupan Putra-Putri Indonesia itu tidak terbatas luasnya. Keyakinan dan kesanggupan yang memang harus kita buktikan dengan kenyataan pula.
Demikianlah sebagian kecil isi artikel yang saya baca di Pandji Ra'jat. Kemudian tulisan mengarah pada pengembang biakan ikan mujair, karena selain dianggap mudah pemeliharaannya, juga perkembang-biakan yang cepat, sesuai untuk memenuhi kebutuhan di masa-masa yang sulit.
Dua ikan lain yang menjadi pertimbangan untuk dikembangkan adalah ikan sepat siam dan ikan tawas (tawes). Kenapa harus sepat siam dan tawas? Sebab mencontoh keberhasilan sebelumnya tahun 1935 - 1940 di Danau tempi Sulawesi Selatan.
"Dalam tahun 1935 oleh Djawatan Perikanan Pemerintah didatangkan dua macam ikan yang baru, yang kemudian ternyata memberi penghasilan yang sungguh memuaskan, ialah ikan sepat siam dan ikan tawas. Sudah dalam tahun 1937 saja dapat diusahakan ikan2 asin dari daerah tersebut sebanyak 3 ton, sedangkan 3 tahun kemudian meningkat menjadi 5000 ton."
- Bersambung -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.