Senin, 01 Februari 2016

Kata Maaf Untuk Lettu Deki

Senin, 01 Februari 2016
Saya dan istri melalui penghujung bulan Januari ini dengan hal-hal yang membahagiakan. Menulis, membaca buku, jika ada waktu luang kami bertetangga, mengisi hari dengan hal-hal yang berguna, atau hanya menyediakan waktu untuk menikmati kopi di Kedai Doeloe, di seberang stasiun Kalisat. Begitu juga dengan hari ini, Minggu, 31 Januari 2016. Kami berusaha menciptakan kisah indah. Bersama teman-teman, kami lalui sore dengan santai, nongkrong di batuan megalit di desa Plalangan kecamatan Kalisat.

Awal yang baik tentu akan menjadi sempurna jika berakhir dengan baik.


Plalangan-Kalisat, 31 Januari 2016

Masih tentang sore yang indah. Saya dan istri, serta rekan-rekan Sudut Kalisat, kami senang sebab bisa menjumpai batu kenong yang lain, di balik sebuah gumuk. Kami memotretnya dari berbagai sisi. Untuk sementara waktu, foto-foto tersebut belum akan kami tampilkan di Funpage Facebook Sudut Kalisat serta di blog.

Saat adzan maghrib berkumandang, kami masih perjalanan pulang dari Plalangan menuju rumah Mas Hidayat Kanurahman di Kidul Pasar Kalisat.

Menjelang Isya' kami kembali bergeser. Kali ini menuju kediaman Ibu Misyati, perempuan Kalisat kelahiran tahun 1952. Dulu, ketika masih belia, ia adalah seorang biduan untuk lagu-lagu Melayu dan lagu-lagu Musik Tradisional Patrol. Di usianya yang masih sangat muda, ia menikah dengan laki-laki yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Aboeyamin namanya. Mereka menikah pada tahun 1964.

Pernikahan tak membuatnya berhenti bernyanyi. Bahkan di era 1980an, Misyati menjadi seorang penyanyi untuk sebuah Musik Patrol di wilayah Jember kota. Musik Patrol RASULTA, Raya Sultan Agung. Dia banyak berkisah tentang Almarhum Juari, lelaki kelahiran Kampung Kauman Jember yang menciptakan banyak lagu untuk kebutuhan Musik Patrol di Jember, di antaranya lagu berjudul Klambi Mera.

Selama mendengar kisah itu, di luar sana hujan turun deras sekali dan disertai angin kencang. Kami terjebak hujan. Sampai-sampai tuan rumah menyediakan minuman dua kali. Camilan pun bertambah. Kami merasa sungkan berlama-lama di sana. Jadi saat hujan sedikit reda --namun masih gerimis, kami memutuskan untuk undur diri.

Di menit-menit terakhir inilah saya membuka akun Facebook dari ponsel istri.

Seorang anggota group Dari Jember Oleh Jember Untuk Jember (DJOJUJ) bernama Doni Fahmi, ia bertanya, "Rowotamtu - Rambipuji hujan deres... Gimana di daerah temen-temen?" --31 Januari 2016 pukul 20.17. Pertanyaan itu ramai mendapat sahutan. Banyak yang melaporkan jika di daerahnya juga terjadi hujan deras. Sebagian besar wilayah disertai petir dan angin kencang. Tanggul, Mayang, Jember wilayah kota, Kasiyan, areal kampus, dll.

Seusai dari kediaman keluarga Ibu Misyati, rupanya kami tidak segera pulang, tapi masih bergeser. Kami menikmati wedang jahe di Kedai Doeloe di seberang stasiun Kalisat.

Ketika di Kedai Doeloe itulah terdengar kabar mengejutkan itu. Informasi tentang terjadinya longsor di wilayah Jember Timur, tepatnya di Baban Timur. Dikabarkan bahwa ada sekitar 27 rumah tertimbun longsor.

Informasi tersebut hanya berjarak 42 menit dari update status saudara Doni Fahmi di grup DJOJUJ.


Screenshot Oleh Zuhana AZ

AHMAD YEYASA selaku pengunggah berita itu, ia mengunggahnya pada 31 Januari 2016 Pukul 20.59, namun pada 46 menit kemudian ia melakukan edit pada pemberitaannya, menjadi seperti dalam gambar di bawah ini. Fokusnya berubah ke 2 kandang kambing.

Mungkin saudara Ahmad Yeyasa tidak tahu, segala hal bisa terjadi dalam waktu 46 menit. Apalagi di dunia penuh kejutan teknologi seperti sekarang ini. Apalagi itu perkara kemanusiaan, tentang orang-orang di 27 rumah yang tertimbun longsor.


Screenshoot Oleh Augustin Virawaty

Saya tidak tahu apa motif dari saudara Ahmad Yeyasa. Apakah ia sedang bercanda, salah informasi, atau entah apa. Akan tetapi waktu yang ia pilih untuk mengunggah berita itu sangatlah tepat! Jember memang sedang dilanda hujan. Orang-orang tentu mengerti itu. Jika membaca tanda-tanda, tingkat kerapatan hujan serta jika mencermati durasinya, semua itu turut mendukung orang untuk merasa cemas. terlebih ketika membaca informasi dari Ahmad Yeyasa ---sebelum disunting-- di group Facebook DJOJUJ.

Dalam waktu yang sependek itu, saya berpikir cepat. Teringat banyak hal, tak terkecuali kenangan akan pesan sms dari seorang rekan, Achmad Dainuri namanya. Pesan itu masuk di pemula Januari tahun lalu. Pendek saja, namun ketika itu tak saya renungkan dalam-dalam.

"Mengamati karakter hujan hari ini, harusnya ada longsor."

Lalu hanya dalam hitungan jam, terjadi longsor di sudut Panti. Ini bukan nujum, tapi murni logika membaca cuaca dan tanda-tanda alam penyertanya. Ia tentu bisa dipelajari. Ilmu 'niteni' kalau kata orang Jawa.

Kembali ke informasi dari saudara Ahmad Yeyasa.

Informasi tersebut memaksa saya untuk berpikir taktis. Ini bukan tentang rumah yang tertimpa longsor, melainkan lebih ke jiwa-jiwa yang ada di dalam rumah. Jika dalam satu rumah ada 4 jiwa, maka kita butuh memikirkan nasib 108 jiwa itu.

Saya menyalakan rokok, berpikir, kembali merenungkan perihal cuaca, baru kemudian bikin rencana.

Rencana itu adalah segera menghubungi Rudi Prahara, atau biasa saya panggil Holland, seorang kenalan baik yang bekerja di BASARNAS Jember. Saya meminta Hana --istri saya-- untuk menghubungi Holland melalui akun whatsapp. Tentu bersifat pribadi/pesan. Ia mengirimkan screenshoot berita saudara Yeyasa kepada Holland pada pukul 21.18, berjarak sangat dekat dari waktu saudara Ahmad Yeyasa mengunggah beritanya.


Menyampaikan Kabar dari Grup Facebook DJOJUJ

Maksud kami menyampaikan kabar itu tentu untuk bertanya, barangkali pihak terkait telah terlebih dahulu menerima informasi tersebut. Sayangnya pesan itu baru dibalas pada 78 menit kemudian. Holland sedang ada di perjalanan, paketan internetnya juga sedang habis.

Anehnya, setengah jam sebelumnya Holland terlebih dahulu menghubungi saya melalui ponsel. Pukul 22.10, lama panggilan 2 menit 42 detik. Tebakan saya, dia telah membaca tweet saya tentang hal senada. Saya mengunggahnya pada 31 Januari 2016 Pukul 21.34, enam belas menit setelah istri saya kirim screenshoot di whatsapp.


Hampir satu jam kemudian, tepatnya pukul 22.26 (tiga menit setelah menerima telepon dari salah satu anggota BASARNAS dengan nomor 0852042142**), saya bikin koreksi di twitter, "Informasi dari narasumber tidak valid, jadi untuk sementara abaikan! Mohon maaf."

Saat semua itu terjadi; ketika menerima telepon dari Holland, lalu sepuluh menit kemudian dari rekannya --maaf saya lupa namanya, tweet, hingga koreksi di twitter, saat itu saya sedang di Kedai Doeloe. Hujan masih turun namun sudah mulai reda. Gerimis rapat tanpa disertai angin. Saya pun kembali melanjutkan diskusi kecil bersama teman-teman Kalisat.

Kebetulan di Kedai Doeloe ada muda-mudi Kalisat yang juga anggota Pencinta Alam; Ada yang dari EXPA, dari Himapala Bekisar, dan si Ayam dari Gemapita. Saya bilang pada mereka, informasi tentang longsor di Baban Timur sementara negatif. Ucok, teman muda yang aktif di LAB Teater 56 Kalisat, ia bernafas lega. Pasalnya, Ucok banyak memiliki sanak saudara yang tinggal di Baban.

Ndilalah si Ayam bilang, "Lho aku kadung kirim pesan nang arek-arek, Mas."

Rupanya setelah mendengar cerita saya di menit-menit sebelumnya, ia segera ambil tindakan. Keren juga si Ayam ini, dia punya potensi tanggap SAR dan peka kemanusiaan. Bahkan kelak beberapa jam kemudian, saya baru tahu jika si Denny 'Joker' Sukma yang sedang ada di Purwokerto, hendak segera pulang ke Jember untuk nge-SAR. Tapi berita itu hoax belaka.

Setelah saya meminta maaf, Ayam segera bikin pesan baru, mengabarkan bahwa berita itu tak benar.

Hati saya kembali tenang. Saat menyeruput wedang jahe, rasanya nikmat sekali.

Telepon dari Lettu Deki

Tepat pukul 22.48, ketika saya dan istri memutuskan untuk pulang dengan menerjang gerimis yang rapat, ponsel saya berbunyi. Sederet nomor rumah, 0331540811. Saya menerimanya. Suara di seberang sana terdengar lelah. Entah, itu hanya tebakan saya. Dia mulai memperkenalkan diri. Lettu Deki namanya, orang BASARNAS Jember.

Seperti dua panggilan masuk sebelumnya --Holland lalu disusul temannya, Lettu Deki juga menanyakan hal yang sama. Saya pun menceritakan kronologi secara singkat. Di akhir pembicaraan, Lettu Deki bilang, bla bla bla... Kesimpulannya, ia memberi pesan dengan nada yang bertekanan, tentang kehati-hatian dalam menyebarkan berita.

Semua yang dikatakan Lettu Deki adalah benar. Hanya saja, intonasi suaranya menandakan bahwa ia sedang tak nyaman hati. Kesimpulan saya, ia sedang lelah. Apalagi sebelumnya telah saya terima kabar dari Holland bahwa BASARNAS sedang verifikasi berita tentang adanya titik-titik banjir di Situbondo dan Bondowoso.

Maka dari itu, saat itu juga saya segera berpikir efektif. Saya bilang pada Lettu Deki, "Apakah besok kita bisa berjumpa?" Dia menjawab tegas, bisa! Lalu kami bikin janji untuk saling berjumpa di Kantor BASARNAS Jember pada 1 Februari 2016 pukul satu siang. Kiranya, akan lebih baik silaturrahmi secara langsung. Saya tentu dengan senang hati akan meminta maaf padanya.

Percakapan kami berlangsung selama tiga menit kurang delapan detik.

Setelah itu, baru kemudian saya dan istri pulang ke rumah kontrakan kami, di JL. Kartini 28 desa Ajung, Kalisat.

Sesampainya di rumah, saya buka lagi Grup Facebook DJOJUJ yang sampai hari ini telah beranggotakan 104.557 orang. Rupanya saudara Ahmad Yeyasa telah bikin permohonan maaf. Dia bilang jika dia sedang dikerjai sampai-sampai penyakit jantungnya kumat, hingga ia butuh diistirahatkan dan dikompres. Update status-nya disunting, untuk kemudian tak lagi bisa dijumpai. Mungkin ia menghapusnya. Saya bersyukur telah menyimpan sendiri screenshoot-nya. Mulanya screenshoot itu hanya untuk kebutuhan memberitahukan serta menanyakan pada Holland BASARNAS.

Di kolom komentar pernyataan maaf saudara Yeyasa, saya menulis begini.

Semoga tidak terulang di lain waktu. Tadi, setelah membaca kabar ini, dan setelah berhitung cuaca dll, saya menghubungi seorang kawan di Basarnas, Rudee namanya. Dia sedang ada di perjalanan, dan segera menghubungi kantornya. Alhasil mereka mulai sibuk verifikasi berita. Tentu saya juga dihubungi, sebab telah turut bertanggung jawab (dengan menginformasikan kembali berita dari Anda) melalui jejaring sosial twitter.

Pihak Basarnas terakhir yang menghubungi saya adalah Lettu Deki, pukul 22.48, dengan menggunakan telepon kantor. Saya sampaikan permohonan maaf serta duduk permasalahannya.

Untuk mencegah kesalahpahaman, besok siang saya akan menjumpai Lettu Deki di kantornya. Setidaknya menyampaikan permohonan maaf secara langsung.

Sekali lagi, semoga tidak terulang di lain waktu. Mator sakalangkong. Salam dari saya di Kalisat.

Tepat pada 31 Januari 2016 Pukul 23.23 saya tekan enter.

Seorang member grup bernama Augustin Virawaty mengabarkan pada saya bahwa status asli milik saudara yeyasa telah disunting, dari yang tadinya mengabarkan 27 rumah tertimbun longsor di Baban Timur, menjadi, "Sekitar 2 rumah/kandang kambing tertimbun longsor di daerah Baban Timur. AllahuAkbar!!"

Saya membalasnya begini.

Sayang sekali. Padahal di waktu yang bersamaan para pihak terkait juga sedang disibukkan oleh laporan terjadinya titik-titik banjir di Situbondo dan Bondowoso. Saya sendiri berani menginformasikan kembali berita dari Mas Ahmad Yeyasa karena bila membaca cuaca, hal tersebut logis.

Benar kata Akang Oesman KOber, ini pelajaran bagi kita semua. Saya pun meminta maaf pada rekan2 yang telah membaca info melalui twitter.

Misalnya ini bukan masalah kemanusiaan, misalnya tidak terlalu memikirkan dampak buruk jiwa-jiwa yang ada yang tertimbun di 27 rumah, misalnya dulu saya tak punya pengalaman menerima pesan seorang teman bernama Ahmad Dainuri --dan ternyata segera terbukti terjadinya longsor di Panti, tentu saya tak berani berpikir taktis dan bertindak cepat, untuk menanyakannya kepada Holland dan untuk menulisnya di twitter. Ini pelajaran yang sungguh berharga untuk diri saya sendiri. Mungkin saya butuh membuka-buka lagi catatan mengenai Dasar-dasar SAR yang dulu saya tulis dengan tangan saya sendiri, untuk kebutuhan belajar.

Namun ada benarnya juga ketika Holland menulis, "Alhamdulillah beritanya HOAX."

Permohonan Maaf Kepada Lettu Deki BASARNAS Jember

Lettu Deki, mohon maaf. Jika Tuhan mengizinkan, nanti siang tentu dengan senang hati saya akan datang ke kantor Anda, BASARNAS Jember. Berkenalan, berjabat tangan, arebbuk sala, dan semoga kelak kita bisa menjadi teman yang baik.

Terima kasih dan Salam Lestari!

Catatn selanjutnya bisa dibaca di sini.

1 komentar:

Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.

RZ Hakim © 2014