Jumat, 26 Juli 2019

Belum Ada Foto Sroedji di Brigif Raider 9/Dharaka Yudha

Jumat, 26 Juli 2019
Brigade. Ia merupakan satuan tempur yang relatif besar. Jumlah kekuatannya antara tigaribu hingga limaribu personel. Satuan tempur ini ada di bawah divisi dan di atas batalyon. Menurut wiki, Brigade bisa disamakan atau berbeda dengan resimen, tergantung sistem yang dipakai sebuah negara.

Infanteri. Berasal dari kata infant yang berarti kaki. Ia memang pasukan pejalan kaki yang dilengkapi persenjataan ringan, dilatih dan disiapkan untuk melaksanakan pertempuran jarak dekat. Sebagai pasukan tempur darat utama, seorang infanteri harus memiliki kemampuan berkelahi, menembak, dan bertempur dalam segala medan dan cuaca.

Sampai saat ini terdapat 16 Brigade Infanteri di TNI-AD dan 3 Brigade Infanteri Korps Marinir. Satu di antara Brigade Infanteri tersebut memiliki markas komando di Jember. Kami warga Jember akrab menyebut Brigade Infanteri Raider 9/Dharaka Yudha (atau Brigif Raider 9/Kostrad) ini dengan sebutan yang lebih sederhana, yaitu Brigif 9 Jember.

Brigif Raider 9/Kostrad terdiri atas tiga batalyon:

1. Yonif Raider 509/Balawara Yudha
2. Yonif Raider 514/Sabbada Yudha
3. Yonif Raider 515/Ugra Tapa Yudha

Disebut Raider sejak 2003 sebab satuan tempur ini kemudian menjadi pasukan elit infanteri TNI. Mereka memiliki keahlian khusus yang khas untuk kemampuan individu. Anti teror, mampu melakukan operasi tempur lanjut atau bertempur dalam durasi waktu yang lama, pertempuran jarak pendek, dan gerilya dengan mobilitas tinggi. Raider memang berjumlah banyak, namun ia tetap mematikan. Dibandingkan dengan pasukan khusus lainnya, bisa dibilang Raider tidak terkenal.

Kembali ke Brigade Infanteri Raider 9/Dharaka Yudha.

Brigif 9 Jember memiliki hari jadi pada 17 Desember 1948, tepat dua hari sebelum terjadinya Agresi Militer Belanda II. Upacara peresmian terjadi di lapangan Kowak, Kediri, yang dipimpin langsung oleh Komandan Divisi I Kolonel Sungkono, dan dihadiri juga oleh A.H. Nasution selaku Panglima Tentara dan Teritorial Jawa. Hari jadi itu memiliki kisah yang panjang. Meskipun upacara peresmian berlangsung serba sederhana, namun ia terbekukan secara abadi di hati masing-masing anggota brigade.

*Sebelum disatukan menjadi brigade, satuan tempur di wilayah eks-Karesidenan Besuki masih berupa resimen --Resimen III/8 dan Resimen IV/8. Selanjutnya, dua resimen ini menjadi Resimen 40/VII.

Hari lahir Brigade III/Divisi I Jawa Timur (Brigade Damarwulan) menjadi tonggak sejarah penting, dengan Moch. Sroedji sebagai komandannya yang pertama. Kelak, ketika Brigade III telah menemukan wujud terbaiknya, ia menjelma menjadi Brigade Infanteri Raider 9/Dharaka Yudha --atau Brigif Raider 9/Kostrad.

Kejadian heroik paling mengagumkan yang pernah terjadi di sepanjang sejarah TNI di Jawa Timur, di antaranya adalah perjalanan pulang besar-besaran pasukan Brigade III dari Karesidenan Kediri menuju wilayah Karesidenan Besuki. Mereka terdiri hampir limaribu orang. Sepuluh bulan sebelumnya mereka diperintah untuk mengosongkan wilayah Karesidenan Besuki, terkait dampak negosiasi dan suasana politik waktu itu. Orang mengenalnya sebagai masa hijrah. Sedangkan masa kepulangan, ia berbeda dari masa hijrah besar-besaran itu. Tak ada panitia pengadaan transportasi hingga konsumsi. Kali ini peristiwa 'pulang' tersebut kita kenal sebagai Wingate-action. Pulang dalam gelombang besar dengan berjalan kaki di belakang garis musuh, dan dengan tanpa perbekalan yang layak. Kepulangan besar-besaran yang oleh sejarah dicatat berdurasi kurang lebih 51 hari ini, ia dipimpin oleh Letkol Moch. Sroedji --hingga ia gugur di Karangkedawung Jember pada 8 Februari 1949.

_____


Ketika menyebut nama Brigade Infanteri Raider 9/Dharaka Yudha atau Brigif Raider 9/Kostrad, saya segera teringat markas komando Brigif Raider 9/Kostrad yang di Barat Masjid Al-Huda Kaliwates. Ia terletak di tepi JL. Gajah Mada, dengan dominasi warna hijau. Di depannya ada gapura bertuliskan 'Brigif-9 Kostrad.' Namun itu markas lama. Ia telah mengalami tukar guling di masa ketika Jember dipimpin oleh Bupati Ir. H. MZA Djalal, MSi. Generasi di atas saya mungkin akan lebih ingat bahwa ex-mako Brigif Raider 9/Kostrad ini bermula pada 1986, ketika Pemkab Jember membeli tanah tersebut dari PTPN X, untuk kemudian ditempati Brigif. Sejak 31 Mei 2017, di bekas markas komando tersebut telah dibuka Lippo Plaza Jember.

Kini Markas Brigif Raider 9/Kostrad ada di Kreongan Atas, kecamatan Patrang, berjarak satu kilometer saja dari RSUD dr. Soebandi.


Pada Selasa lalu, 23 Juli 2019, rombongan Tim Peneliti Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) melakukan kunjungan ke markas komando Brigif Raider 9/Kostrad, terkait pengusulan Letkol Moch. Sroedji sebagai pahlawan nasional. Adapun siapa saja yang hadir, baik dari TP2GP maupun yang lain, telah saya sebutkan sebelumnya, di catatan saya yang berjudul; Tamu dari Jakarta Datang ke Jember Ketika Ibu Bupati Sedang ke Jakarta.

Di markasnya yang sekarang, Brigif Raider 9/Kostrad tampak bersih, sejuk dan cantik. Bila dilihat dari gudang rokok di seberang jalan, ia serupa villa karena bangunannya ada di ketinggian. Setelah melewati gerbang, kita akan disambut oleh jalanan beraspal yang mulus, dengan taman bunga di kiri dan kanannya. Baru kemudian ada terlihat sebuah pos kecil tempat seorang petugas militer berjaga, lengkap dengan senjata laras panjangnya. Memang rasanya markas yang sekarang terasa lebih pas, karena selain ia ada di kompleks militer, kini markas komando Brigif Raider 9/Kostrad dekat dengan makam Letkol Moch. Sroedji.


Adapun maksud kedatangan Tim Peneliti Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) terkait pengusulan Letkol Moch. Sroedji sebagai pahlawan nasional, tentu saja mereka sedang verifikasi. Apa benar ada kaitan sejarah antara Moch. Sroedji dengan Brigif 9 Jember? Pertanyaan tersebut langsung dilontarkan oleh Brigadir Jenderal TNI Prantara Santosa, S.Sos., M.Si., selaku Kepala Pusat Sejarah TNI kepada Kasbrigif Raider 9 Kostrad. Pertanyaan tersebut segera dijawab dengan baik oleh Kasbrigif Raider 9 Kostrad Letkol Inf Rudianto, bahwa benar ada kaitan sejarahnya.

Seorang perwira datang menuju ke arah Kasbrigif dengan membawa setumpuk arsip dan foto-foto, kemudian setumpuk arsip tersebut oleh Kasbrigif ditunjukkan kepada Brigjen Prantara. Setelah melihat arsip-arsip tersebut secara seksama, juga selembar foto Moch. Sroedji yang berdiri berjajar dengan perwira lainnya, kemudian Brigjen Prantara melempar sebuah tanya. Tentang mengapa di ruangan tersebut tidak ada foto Letkol Moch. Sroedji. Sedangkan secara garis sejarah, Sroedji adalah komandan yang pertama. Semangat juang yang pernah ia jalani pun sangat pantas dijadikan ikon.

"Siap. Mohon izin. Ruangan ini baru kami bangun. Gotong royong. Belum sempat menata sepenuhnya. Siap."

Kira-kira begitu yang saya dengar dan ingat dari Kasbrigif. Di bagian ini, saya tidak merekamnya. Ada satu hal lagi percakapan sederhana yang saya ingat, ketika Brigjen Prantara bilang, "Oh, sama-sama dimulai dari huruf D. Dulu Damarwulan, sekarang Dharaka Yudha. Dulu Damarwulan ikut ngarit, meskipun pendekar." Kalimat itu segera disambut tawa renyah oleh orang-orang yang berada di ruangan tersebut.


Brigade Infanteri Raider 9/Dharaka Yudha

Ketika di markas komando, rombongan tak hanya disambut oleh Kasbrigif Raider 9 Kostrad Letkol Inf Rudianto, melainkan para perwira yang lain juga turut hadir menemani, seperti tampak dalam foto di atas. Camilan ada di setiap meja. Sesekali Kasbrigif tampak bercanda dengan Dandim Jember Letkol Inf Arif Munawar. Sejak menjemput Brigjen Prantara Santosa dari Pemkab Jember, Dandim terus menemani Bapak Prantara; saat makan siang di Resto Ikan Goreng Cianjur, cek lapangan dan silaturahmi di Universitas Moch. Sroedji Jember, hingga kunjungan ke Brigif Raider 9/Kostrad --kemudian ditutup dengan mengunjungi makam Letkol Moch. Sroedji di selatan markas komando Brigif Raider 9/Kostrad.

"Mohon izin. Kami tentu sangat berharap Letkol Moch. Sroedji bisa mendapatkan gelar pahlawan nasional. Karena selain memang menurut kami sangat layak, gelar kehormatan tersebut akan berdampak baik bagi kesatuan kami di Brigif, juga untuk TNI dan masyarakat eks-Karesidenan Besuki pada umumnya." Kasbrigif Raider 9 Kostrad Letkol Inf Rudianto mengatakan itu kepada Brigjen Prantara Santosa. Dandim Jember Letkol Inf Arif Munawar juga memiliki keinginan serupa seperti yang telah dikatakan Kasbrigif.

Perjumpaan di markas komando Brigif Raider 9/Kostrad itu lebih banyak didominasi oleh perbincangan antara Kepala Pusat Sejarah TNI dengan Kasbrigif, Dandim, dan Ibu Esti selaku perwakilan resmi dari keluarga Moch. Sroedji.

Berada di antara perwira mengingatkan saya pada Alm. Pak Burseh, mantan seorang Sersan Purn. Brigade III/Divisi I Damarwulan Batalyon Sjafiudin. Di masa hidupnya, ia pernah berkata kepada saya, "Tentara, jika tidak ada rakyat tidak makan. Mangkane rakyat ojok dipateni!"

Benar kata Alm. Pak Burseh, TNI memang harus manunggal dan berjuang dengan rakyat.

_____

Ketika rombongan pamit untuk melanjutkan perjalanan ke makam Letkol Moch. Sroedji, para perwira berbaris untuk bisa bersalaman satu persatu. Keadaan yang sama telah dijumpai oleh rombongan di waktu sebelumnya, saat mereka baru tiba di markas komando. Sambutan ala militer yang manis. Semoga ke depan ada terpampang foto Letkol Moch. Sroedji di ruang jumpa Brigif Raider 9/Dharaka Yudha. Itu tentu akan membuatnya semakin manis.

Terima kasih Brigif Raider 9/Dharaka Yudha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf, saya mengaktifkan moderasi pada kolom komentar, untuk entri yang lebih lawas --14 hari. Salam.

RZ Hakim © 2014