Rabu, 30 November 2016

Mengenangmu Indah, Noveri

Rabu, 30 November 2016
Di masa hidupnya, ia hampir tak pernah meminta apa-apa kepada saya. Suatu hari di penghujung 2008, Almarhum Noveri meminta saya untuk ikut lomba cipta lirik lagu yang diselenggarakan oleh E:Motion --label milik Piyu-- bekerja sama dengan salah satu produk rokok. Tentu, dengan senang hati saya menyanggupi keinginannya.

Saya hanya mengirimkan satu lirik lagu, dan satu-satunya yang saya kirimkan itu dinobatkan sebagai lirik lagu favorit pilihan dewan juri; Piyu, Deny Chasmala dan Maia Estianty. Atas anugerah itu, saya berhak mendapatkan sejumlah uang dan menjadi peserta workshop penulisan lirik lagu --sebagai pengajar adalah tiga dewan juri itu sendiri.

Pada 15 November 2009, atas undangan Piyu saya hadir di SUTOS ruang foreplay Surabaya, diantar oleh Bayu Hikmawan. Suasananya ramai, sebab ia juga dimanfaatkan untuk launching video klip perdana dari sebuah band asal Jember, NTR --Night To Remember-- namanya.

*Kelak pada 14 Agustus 2012, ketika Dema Juliansyah --vokalis NTR-- meninggal dunia, Piyu datang ke rumah duka, Perumahan Gebang-Jember.

Berikut adalah lirik lagu yang saya ciptakan, tentang kisah seorang gadis kecil yang bisu tuli, dan ia adalah putri bungsu dari teman baik Bapak saya.

Teman baik Bapakku..
Putri bungsu cantiknya tuna rungu
Dia begitu dicintai
Dibelai mesra sepenuh hati

Aku tersentuh, menatap tulus rasa

Reff:

Seandainya kubisa bahasa isyarat
Bahagia berbagi rasa bersahabat

Seandainya kubisa bahasa isyarat
Bahagia berbagi cinta bersahabat


Lagu itu tak pernah masuk di album tamasya band, tak pernah ada recording, tak pernah saya nyanyikan di depan publik, dan barangkali teman-teman keluarga tamasya tak pernah tahu lagu itu, sebab hingga kini saya tak kunjung pandai bahasa isyarat.

Mengenangnya adalah juga mengenang Noveri.

Senin, 28 November 2016

Undangan Tahlil di Dusun Rowo

Senin, 28 November 2016
Teman-teman yang baik, ada sebuah dusun di Jember yang kerap disangka ikut kecamatan Mayang, namun secara administratif ia masih masuk wilayah Pakusari. Dusun itu bernama Rowo. Dusun Rowo dilalui oleh aliran sungai Suren, sebelum akhirnya menuju hilir dan berjumpa/menyatu dengan sungai Mayang, mengalir menuju Wirolegi dst.

Dusun Rowo. Di dusun inilah titik lokasi Jeram 5, tempat dimana Almarhum Noveri hanyut untuk kali pertama.

Atas inisiatif Kak Dani, Mas Hanan, Verdi Mbong Lembong, dan lain-lain, maka lahirlah ide untuk melakukan salat maghrib bersama + tahlil di Masjid Norusshoban As Sidiq dusun Rowo, tempat yang dijadikan 'posko sementara' selama proses SAR berlangsung. Tahlil akan dilaksanakan sore ini, 28 November 2016.

Bila teman-teman ada waktu, mari kita merapat di sana sedari pukul empat-lima sore. Mari duduk bersama dan saling mendoakan. Adapun tujuan dari acara sederhana ini, selain untuk Noveri, juga sebagai ucapan terima kasih kepada warga di sana yang telah berbaik hati menerima kehadiran kita dan membantu proses pencarian semampu mereka.

Mari kita tepikan sejenak duka dan keresahan yang ada, dan mari duduk bersama. Terima kasih teman-teman.

Lestari!

***


Berikut Catatan Saya Kemarin:

Berikut catatan saya kemarin:

Teman-teman yang baik, kemarin malam saya janjian berjumpa dengan Kak Dani, Mas Hanan, Dedet, dan beberapa sahabat lintas komunitas di Jember. Kami berjumpa di Cak Wang Mastrip.

Di perjumpaan itu, Kak Dani --mewakili teman2 yang lain-- bercerita tentang keinginan membuat sebuah acara untuk Noveri. Acaranya sederhana saja, seperti yang telah Cak Oyong tuliskan di status Facebook-nya.

Ia akan dilaksanakan pada hari Senin, 28 Nopember 2016, bertempat di Masjid NORUSSHOBAN AS SIDIQ, tempat dimana warganya tersenyum ramah ketika menyambut teman-teman Almarhum ketika proses pencarian. Mereka membantu tulus sekali.

Kata Mas Hanan, ia beserta rekan-rekan membantu juga melengkapi karpet untuk Masjid tersebut. Pakai uang kas Grebeg Sedekah. Saya lupa berapa nominalnya, kira-kira hampir empat juta. Bila ada di antara Anda juga ingin turut sumbangsih di proses pembelian karpet itu --meskipun karpet sudah terbeli-- silakan mengirimkan di nomor rekening GS, berikut ini:

Rek. #GrebegSedekah an. Mevi Widiati
BCA no. 024 391 6752
Mandiri no. 143 001 281 7589
BNI no. 026 174 4248
BRI no. 002 101 109 425 501

Info:
Ferdy : 081217999955
Ganong : 081803521999

Acara yang direncanakan ini juga melibatkan warga. Ada kurang lebih 150 warga yang diundang, baik warga dusun Rowo sendiri maupun warga kampung sebelah yang mengingat Almarhum sebab Noveri sempat melambaikan tangan kepada mereka yang ketika itu sedang ada di tepi sungai Suren. Itu lambaian tangan terakhir.

Karena ia masih menggunakan dana dari kas GS, teman-teman GS menyediakan makan --pakai piring-- dan berkat sejumlah 175 kotak berkat. Mohon bagi teman-teman yang berencana hadir --semoga teman-teman bisa hadir-- untuk berlapang dada apabila tak mendapatkan jatah berkat, karena memang mengistimewakan warga. Untuk urusan konsumsi, karena proses makan menggunakan piring, tentu kami butuh bantuan tenaga yang dengan suka dan rela membantu proses cuci piring, ketika acara usai. Pra-acara pastilah juga membutuhkan urun tenaga, di alamat yang sudah tertera di atas.

Ada hal-hal lain yang ingin saya sampaikan secara langsung kepada teman-teman keluarga tamasya dan semuanya, sayang waktunya mepet. Catatan ini tentu belum sempurna, maaf.

Siapapun njenengan, bila niat merapat, mari merapat. Noveri adalah milik semua, lintas komunitas. Mohon doanya. Maturnuwun.

Lestari!

Minggu, 27 November 2016

Catatan Pendek Tentang Noveri

Minggu, 27 November 2016

Noveri Eko Purnomo, dari album foto Tamasya

NOVERI EKO PURNOMO. Ia lahir di Jember pada 5 November 1983. Saat masih SMA --di SMAN 2 Jember-- Noveri aktif berproses di Sismadapala, bahkan pernah menjabat sebagai ketua umum. Di Tamasya Band, selain sebagai drummer, Noveri banyak memberikan ide-ide segar. Pernah juga Noveri bernyanyi untuk lagu berjudul, Periculum in Mora.

Kini, meskipun Noveri memilih istirahat dari Tamasya, namun ia akan tetap ada. Di acara 'Sembilan Tahun Tamasya' lalu, Noveri menyanyikan lagu, merdu sekali.

Kecintaannya pada alam membuat Noveri menggagas keberadaan Mbonglembong Jember Outdoor Activity, dengan kegiatan paling menonjol adalah mendokumentasikan air terjun di sudut-sudut kabupaten Jember. Noveri bijak, tak semua lokasi air terjun ia paparkan secara gamblang di dunia maya.

Saya bahagia menjadi sahabatnya.

*Catatan di atas saya unggah di akun Facebook pada 24 November 2016. Ia sempat saya tarik --tidak ditayangkan-- sebab saya diingatkan oleh seorang sahabat, Holland namanya. Di kolom pesan Facebook ia menulis seperti ini.

"Kang nang fb ojok di pasang fotone noveri,aq mikir kok iku obituary. Ojok sik kang nek jareQ, pikiran liar iso muncul. Wedine dipikir wis g onok."

Catatan saya munculkan kembali manakala kabar sedih telah sampai.

Sabtu, 26 November 2016

Noveri: Doa dan Cinta Kami Untukmu

Sabtu, 26 November 2016

Noveri Eko Purnomo. Foto milik Dyah Mfrh

NOVERI. Kenangan akan dirinya ibarat buah belimbing yang diiris tipis-tipis untuk kemudian ditebarkan ke langit, maka jadilah bintang-bintang. Ketika harus mengingat Noveri, semua orang yang mengenalnya memiliki kenangan yang berbeda-beda.

Kak Dani, satu di antara sahabat terbaiknya, ia mengingat 'sang' melalui banyak kisah, termasuk ucapan Noveri sekian hari sebelumnya. Noveri bilang, "Tanggal 25 November adalah saat yang tepat untuk mengutarakan sesuatu."

Noveri, takkan cukup kata untuk melukiskannya. Noveri ibarat lirik lagu yang ia nyanyikan.

PERICULUM IN MORA

Bila nanti pohon terakhir
telah tumbang dan nggak ada pohon yang lain
Bila nanti burung terakhir
telah tertembak mati dan nggak ada lagi

Ohya.. oooh yaaa...

Nggak ada waktu lagi tuk menanti
Nggak ada lagi kicau burung bernyanyi

Yang ada hanya uang.. hanya perhiasan
Yang ada hanya lukisan, lukisan pemandangan
Nggak ada waktu lagi.. untuk hanya diam
Untuk hanya sekedar hidup.. dan kemudian mati.

Bila nanti sungai terakhir
telah tercemar kering dan nggak ada sungai
Bila nanti ikan terakhir
telah tertangkap disantap dan nggak ada lagi



Foto lama, oleh Zuhana AZ, di pelataran Kurusetra

PERNAH pada suatu masa kita mendendangkan lagu yang berbeda, atas saranmu. Kamu memilihkan kami sebuah lagu berjudul 'Terluka' milik Padi. Lagu yang sulit untuk kunyanyikan, tapi aku suka.

Kita mungkin terluka
Ataupun bisa mati
Tapi janganlah pernah menyalahkan hidup

Siapkan hati
Siapkan jiwa
Atas segalanya yang bisa terjadi

Suwun Ver, tugasmu di dunia ini telah usai. Berakhir baik, Insya Allah. Kini kami yang tersisa dan menunggu giliran pulang, masih harus melakukan sesuatu, menjalani dan memperjuangkan apa yang menurut kami 'benar.' Setidaknya, melagukan kehidupan.

Waktuku hampir habis, harus tetap bertahan
melawan semua yang menindas, sampai kita semua merdeka

Burung-burung menangis, melihat dari awan
Memandang isi hutan rimba, tak berdaya tak lagi merdeka.

Doa dan cinta kami untukmu.

Jumat, 25 November 2016

Aku Hanya Ingin Berdua Saja Dengan Kak Dani

Jumat, 25 November 2016

Bersama Kakak Bangga

Aku hanya ingin berdua saja dengan Kak Dani, menikmati deras suara air sungai Suren di dusun Rowo Pakusari, sementara di atas sana langit sedang berwarna pekat tanpa bintang. Aku hanya ingin berdua saja dengan Kak Dani, melewati pematang sawah dan menyusuri kebun bambu di gelapnya malam.

Saat itu Kamis malam, 24 November 2016, aku menemanimu antar dua anggota SAR OPA Jember, dari Posko SAR sementara --Masjid warga Rowo-- menuju titik pos tiga, sesuai hasil koordinasi. Kebetulan mereka berdua adalah adik-adikku sendiri di SWAPENKA, Buter dan Ampar. Jumlah pos jaga ada lima titik, aku tak tahu siapa saja yang berjaga di masing-masing pos itu, kecuali di pos satu, sebab di sana ada Kernet dan Basit. Buter dan Ampar, mereka memilih tempat di tepi sungai, di antara dua rimbunan bambu. Di jalur ini, ada hamparan sungai penuh batu-batu besar. Suara air yang menerjang batu melahirkan keriuhan tersendiri, hingga menyebabkan pendengaran Buter terlihat agak susah menangkap suara ketika ia sedang berkomunikasi melalui HT.

Seusai melaksanakan tugas antar Buter dan Ampar, kita berdua tak segera pergi melainkan masih di sana, di tepi sungai Suren. Kita habiskan waktu sekitar dua jam untuk saling berbagi cerita. Sementara kita menepi, di lokasi sekitar Masjid masyarakat dusun Rowo tentu masih ramai. Hiruk pikuk seperti pasar malam.

Melakukan pencarian dan penyelamatan di air adalah kenangan buruk bagi SAR OPA Jember. Ia tentu saja mengingatkan beberapa orang pada kenangan Almarhum Irwan Setyonugroho, seorang anggota Pencinta Alam di Jember sekaligus tercatat sebagai anggota SAR OPA Jember, ketika tim SAR sedang melakukan pencarian korban banjir bandang air terjun Antrokan. Saat itu, sesuatu terjadi. Prinsip SAR paling dasar, tentang himbauan untuk tidak menambah jumlah korban baru, tercederai. Semua memang tak terencana, tapi takdir membuatnya berbeda.

Jasad Irwan Setyonugroho a.k.a Lolop ditemukan pada hari Senin, 12 Januari 2009, oleh para penambang pasir di aliran sungai Bedadung, sekitar dua kilometer dari lokasi kejadian.

Lolop, teman yang baik.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 17 Mei 2012, kejadian senada menimpa Alm. Jalal a.k.a Srontol, Mahasiswa FMIPA angkatan 2009 yang juga tercatat sebagai anggota Pencinta Alam Palapa. Aku pernah menuliskannya di kompasiana.

Begitulah, SAR Air adalah berbeda. Hal-hal terjadi. Ia membutuhkan persiapan mental yang matang, apalagi ketika survivor yang hanyut adalah orang yang dekat di hati kita. Benar yang diucapkan Cak Dai di emperan masjid warga Rowo, "Teman-teman ini memiliki semangat yang tinggi untuk melakukan pencarian dan penyelamatan sebab yang hanyut adalah sahabatnya sendiri. Wajar bila mudah lupa, sebab teman-teman terlalu semangat." Ya benar, kadang kita mudah lupa kan Kak?

Ketika Mendengar Kabar Noveri Hanyut di Sungai

Matamu menerawang ke arah aliran sungai di depan kita, ketika bercerita tentang Noveri. Semua orang mengerti, kau dan Ayus kembaranmu, kalian memiliki hubungan istimewa dengan Noveri. Tulus.

"Di BBM-nya Noveri menulis 'My November' dan hingga hari ini belum berubah. Entah ya, mungkin itu berkaitan erat dengan hari lahirnya, 5 November 1983. Tapi November tahun ini memang berbeda. Pernah suatu hari Noveri berkirim pesan begini.

Kak, dimana?

Aku di rumah. Ada apa, Sang?

"Ketika ditanya ada apa, dia hanya njawab gini, 'Baguuus.' Lalu dia tanya lagi, 'Sudah ngopi?' Aku jawab sudah. Terus aku tanya, 'Ngejak ngopi tah?' Lagi-lagi dia hanya njawab, 'baguuus.'

"Tentu kaget sekali ketika mendengar kabar Noveri hanyut di sungai Suren, 23 November 2016. Sebab di hari itu, sore harinya aku mencari Noveri di rumahnya. Ya, waktu itu aku masih belum tahu kalau Noveri hanyut sedari pukul dua siang. Tidak ada kabar. Makanya pas denger kabar, aku segera ke lokasi."

Beberapa warga Rowo menyesalkan mengapa teman-teman terlambat memberitahu penduduk sekitar mengenai apa yang terjadi. Tapi tak semuanya begitu. Orang-orang yang aku temui bilang, mulanya mereka hanya mondar-mandir kesana-kemari melalui kampung mereka. Baru senja mereka bilang. Menjelang maghrib, warga segera ambil inisiatif untuk menyisir dan menyelami sungai yang medannya mereka kenali dengan baik.

Ketika itu Noveri dan teman-temannya --berduabelas, semuanya sukarelawan BPBD Jember-- melakukan latihan susur sungai Suren sekaligus latihan water rescue menggunakan perahu karet dan beberapa ban. Dimulai dari Gambiran-Kalisat, titik hanyutnya berada di dusun Rowo, Pakusari.

"Nah, dari duabelas orang itu, hanya lima orang yang memiliki pengalaman lebih, tujuh lainnya terhitung masih baru. Dari lima itu, Noveri yang paling dianggap mumpuni, maka dia di depan. Menurut teman-teman sukarelawan BPBD Jember, kegiatan latihan itu murni inisiatif sendiri, seperti pers release yang ditulis oleh Rezha Repri Pratama.

"Noveri kan begitu orangnya, Bro. Dia baik, selalu ada waktu untuk teman-temannya. Kecuali jika sedang ada agenda lain, dia tentu tak bisa menerima ajakan itu dan akan bilang, sepurane. Jadi, ketika teman-temannya ajak dia untuk latihan di sungai Suren, kiranya dia sedang ada waktu senggang dan bersedia.

"Sebenarnya baru tahun ini --2016-- Noveri ikut merapat sebagai sukarelawan BPBD Jember. Jadi waktu ada lowongan, dia ndaftar. Diterima. Mula-mula tidak sangat aktif. Kadang teko kadang ndak teko. Tapi semenjak Noveri selesai ikut Sekolah Sungai, ia terlihat sangat aktif di BPBD Jember."

Matamu kembali menerawang. Kali ini menatap bayangan daun bambu yang tersinari cahaya lampu senter milik Buter dan Ampar. Mereka berdua ada di belakang kita.

Cahaya Lampu Senter di Kegelapan Malam

Jeda sejenak. Dari kejauhan tampak cahaya lampu senter yang semakin lama semakin mendekat ke arah kami yang masih bertahan di titik pos tiga. Dua orang penjaga pos tiga, Buter dan Ampar, mereka tampak sedikit gelisah. Sebentar-sebentar berdiri, lalu duduk lagi. Sesekali Buter menghidupkan handy talky dalam genggamannya. Sayang, suara derasnya air sungai sedikit memecah konsentrasi Buter saat berkomunikasi. Mulanya, Buter dan Ampar memberi kesimpulan taktis, bahwa rombongan kecil yang sedang susur sungai dengan menggunakan lampu senter itu adalah Dodon dan kawan-kawan.

"Itu mungkin Mas Dodon. Soalnya tadi dia sempat bilang, ingin melakukan susur sungai di malam hari," ujar Buter kepada orang-orang yang ada di sekitarnya yang hanya berjumlah tiga jiwa.

Semakin rombongan itu mendekat, hingga lewat di titik pos tiga, dugaan Buter terbantahkan. Mereka bukan Dodon dan kawan-kawan SAR OPA Jember, melainkan lima orang lelaki yang entah siapa. Orang yang berdiri paling depan adalah lelaki sepuh, semakin ke belakang semakin muda. Lagi, Buter bikin kesimpulan, itu mungkin warga dusun Rowo. Atau jika tidak, itu mungkin dari pihak keluarga. Kami tak pernah mengerti siapa mereka, sebab dua penjaga pos tiga tidak pernah melakukan klarifikasi.

Langit makin pekat, debit air naik. Suara arus sungai semakin detik semakin banter. Lima lelaki asing yang susur malam, mereka telah tak tampak lagi. Tapi di kejauhan sana, dari arah yang tadi dilalui lima lelaki asing itu, ada susulan dua lampu senter, semakin mendekati pos tiga. Siapa lagi mereka? Ketika dua titik cahaya itu tiba di pos tiga yang gelap gulita, maka tampaklah bayang-bayang wajah Nala Pramudya, anggota pencinta alam SWAPENKA. Ia datang berdua dengan temannya. Untuk sementara waktu, orang-orang yang berkumpul di pos tiga berjumlah enam. Kita berdua tak lagi melulu berbagi kisah tentang Noveri.

Hari semakin larut ketika kita berdua, diikuti oleh Nala dan seorang temannya, bergerak menjauhi Buter dan Ampar yang melaksanakan tugasnya untuk berjaga di pos tiga. Tak sampai 500 meter dari titik pos tiga, kita menjumpai sebuah tempat di tepi sungai yang memiliki suasana tenang. Aliran air sungai pun terdengar jauh lebih tenang. Ketika itu aku berpikir cepat, akan baik bila Buter dan Ampar bergeser di sini. Tentu mereka akan lebih konsentrasi melihat apa yang bergerak di air, serta akan lebih bagus lagi bila berkomunikasi melalui HT. Ketika kutanyakan itu, kalian sepakat. Maka kita berdua segera kembali ke pos tiga, sementara Nala dan temannya tetap di titik baru, di dekat perjumpaan antara sungai Suren dengan sungai Mayang.

Tak butuh waktu lama, Buter dan Ampar kemudian bergeser ke titik pos tiga yang baru. Di sini jauh lebih kondusif.

Tentang 25 November yang dijanjikan Noveri

Di titik baru itu, kita masih punya waktu untuk bercengkerama berdua, sedikit menepi dari teman-teman.

"Ada satu hal di dunia ini yang paling ditakuti Noveri, apalagi kalau bukan ular. Aneh ya Bro. Noveri melakukan perjalanan kesana kemari, mendatangi banyak air terjun, tapi dia takut ular. Pernah suatu hari aku tanya ke dia. 'Kamu ini kok bisa sih, Sang, takut ular tapi mbrasak-mbrasak.' Tahu apa jawaban Noveri? Dia bilang, 'Yo aku wedi, tapi sing enek nang ndasku iku air terjune, dadi lali nang ulo.'"

Aku tersenyum mendengar ceritamu, juga cara kau bertutur.

"Aku lupa tanggal berapa, tapi Noveri pernah bilang begini, 'Tanggal 25 November adalah saat yang tepat untuk mengutarakan sesuatu.' Entah, mungkin dia berencana nembak seseorang. Dan kata-kata itu bukan hanya ia ucapkan padaku saja. Sekarang sudah 24 November 2016, dan kita semua masih menunggu 'kehadiran' Noveri."

Aku masih ingat saat itu aku mengucapkan sesuatu padamu, Kak. Kubilang, "Bisa jadi cinta Noveri tak hanya pada seseorang. Dia mencintai gunung, hutan, lautan, dan sungai. Sabar ya Kak. Aku kok yakin besok Noveri akan datang."

Pagi harinya, 25 November 2016 Pukul 05.15 WIB, Noveri telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Malam itu, aku hanya ingin berdua saja dengan Kak Dani. Kita bercengkerama, berbagi kenangan.

Kamis, 24 November 2016

Ketika Mendengar Kabar Noveri Hanyut di Sungai

Kamis, 24 November 2016

Noveri Eko Purnomo

Noveri Eko Purnomo. Saya mengenalnya sebab kami menjalani proses bersama di Tamasya band, sebuah band indie asal Jember yang berdiri sejak 23 September 2007. Di Tamasya, Noveri berperan sebagai penggebuk drum. Juga, sebagai pelantun lagu berjudul, Periculum in Mora. Sebelum di Tamasya, Noveri sudah terlebih dahulu dikenal sebagai personel Tape Ketan Band. Ia juga pernah bermusik bersama Dedi Skull Garage Cloting di Supmerah.

Saat masih SMA --di SMAN 2 Jember-- lelaki muda kelahiran Tegalboto, 5 November 1983 ini aktif berproses di Sismadapala, bahkan pernah menjabat sebagai ketua umum. Wajar bila Noveri punya kepekaan yang baik terhadap lingkungan. Kecintaannya pada alam membuat Noveri menggagas keberadaan Mbonglembong Jember Outdoor Activity, dengan kegiatan paling menonjol adalah mendokumentasikan air terjun di sudut-sudut kabupaten Jember. Noveri bijak, tak semua lokasi air terjun ia paparkan secara gamblang di dunia maya.

Kini, meskipun Noveri memilih istirahat dari Tamasya, namun ia tetap memberikan ide-idenya. Di acara Sembilan Tahun Tamasya lalu, Noveri menyanyikan lagu Periculum in Mora.

Tentu masih banyak lagi kisah mengenai Noveri, sahabat penuh canda. Dari kedekatan itu, menjadi wajar bila semalam saya sangat terkejut ketika mendengar kabar Noveri hilang di jalur Sungai Mayang.

Berita Hilangnya Noveri

Semalam, 23 November 2016, saya dan istri keluar dari rumah kontrakan di JL. KH Dewantara 16 Kalisat menuju Rumah Makan Padang di desa Glagahwero, masih di kecamatan Kalisat. Tepat pukul 20.10 saya menghubungi seorang teman bernama Wisnu, sebab kami memang ada janji jumpa di Kalisat. Rupanya, tanpa janjian --Wisnu tak sempat menerima telepon dari saya-- kami berjumpa di Rumah Makan Padang itu. Wisnu berdua dengan Mas Asep, warga Kalisat.

Dari Rumah Makan Padang, saya dan istri tak segera pulang melainkan masih singgah di Kedai Doeloe Kalisat. Sedangkan Wisnu ikut Mas Asep di rumah barunya yang ada di perumahan Citra Regency Kalisat. Saya dan Wisnu berjanji akan jumpa di Kedai Doeloe. Hingga pukul 21.50 Wisnu tak segera datang, saya menghubunginya melalui sms.

Di antara waktu itulah, ketika di Kedai Doeloe, saya dengar kabar dari Ahmad Hafid Hidayaturrahman, seorang teman muda kelahiran Kalisat, 20 Maret 1993. Kata Hafid, di group teater yang ia ikuti (BBM) terdengar kabar jika Noveri hilang di sungai.

"Iki Mas Noveri tamasya tah Mas?"

Ahmad Hafid Hidayaturrahman merasa aneh, sebab menjelang Isya' dia ada di UKM Kurusetra FE Universitas Jember untuk antar lampu dimmer pesanan UKM tersebut. Ketika di Kurusetra, Hafid menjumpai dua orang tamu yang bertanya, apakah Noveri ada di Kurusetra? Kata Ketua Umum Kurusetra kepada Hafid, sedari sore memang ada saja tamu yang ke Kurusetra untuk menanyakan kabar Noveri. Noveri bukan anggota Kurusetra namun ia memiliki kedekatan hubungan sebab Noveri memang sering sowan ke sana.

Mengenai kabar dari Hafid, tentu saya terkejut mendengarnya.

Selanjutnya saya dipinjami ponsel android oleh Vjlee, untuk memudahkan saya mencari kabar melalui jejaring sosial. Posisi masih di Kedai Doeloe. Melalui ponsel milik Vjlee, saya login Facebook dan segera bertanya di group Keluarga Tamasya --group Facebook dengan setting publik. Berikut catatan pertanyaan saya di group tersebut.

"Teman-teman, keluarga tamasya yang baik, saya terlambat mendengar kabar tentang Noveri. Mungkin ada yang mengerti kronologisnya dan ada waktu untuk memberi penjelasan kepada saya melalui kolom pesan, saya akan berterima kasih sekali.

Mohon doanya yang baik untuk saudara kita, Noveri. Terima kasih."

Pukul 22.41, seorang teman yang biasa saya panggil bang Jhon, ia menelepon saya. Bang Jhon bilang, seusai membaca 'pertanyaan' saya di Facebook, ia segera menelepon temannya. Sayang, saya lupa siapa nama teman Bang Jhon tersebut. Intinya, belum ada kabar valid mengenai Noveri. Akan lebih baik bila catatan yang sudah kadung saya unggah di group Facebook itu ditarik. Saya bilang oke. Saya hanya minta waktu satu menit untuk menghapusnya.

Sebelum catatan tersebut saya hapus, komentar berdatangan. Kolom pesan justru sepi, tak ada yang memberi penjelasan mengenai kronologi kejadian. Saya yang bertanya, pada akhirnya --dalam waktu singkat-- saya yang dijadikan rujukan untuk bertanya. Untuk bagian ini, saya berencana menuliskannya di waktu yang berbeda.

Memasuki kalender 24 November 2016, tepatnya pukul 00.11, saya bikin status Facebook tentang Noveri disertai foto dirinya. Di kolom pesan Facebook, seorang teman baik yang tercatat sebagai anggota BASARNAS Pos Jember bernama Rudi, ia menghubungi saya.

"Kang, nang fb ojok di pasang fotone noveri, aku mikir kok iku obituary. Ojok sik Kang. Nek jareku, pikiran liar iso muncul. Wedine dipikir wis gak onok."

Ketika saya menghapusnya, foto Noveri sudah tayang selama 22 menit, dan tidak ada masalah sebab saya menulis sesuatu yang manis, tentang persahabatan.

Pers Release dari Info Bencana + Sar Jember

Tepat pukul 03.00 dini hari, 24 November 2016, akun Fanpage Facebook Info Bencana + Sar Jember mengeluarkan pers release seperti berikut ini.

PERS RELEASE

Berita hanyut/hilang mas Noveri di sungai Suren.


23nov 2016 pukul 12.00

Temen2 Relawan BPBD Jember berinisiatif melakukan susur sungai Suren sekaligus latihan water rescue menggunakan perahu karet & beberapa ban.
Sifatnya latihan mandiri murni inisiatif dr temen2 relawan sendiri, bukan program resmi dr BPBD.

Jam 13.00

rombongan mulai start latihan. Dlm latihan tsb ada 5org (saya, mas Noveri, Aditya, mas Muji, & Aldo) sbg rescue (pengamanan) bagi temen2 peserta latihan. Dgn formasi mas Noveri & Aditya di depan, saya ditengah, mas Muji & Aldo di belakang.

Jam 14.00

Rombongan sampai di jeram 4, posisi saya ada di tebing diantara jeram 4 & 5 standtby dgn tali lempar, saya melihat dgn jelas mas Noveri masuk jeram 5 yg kemudian disusul Aditya dgn maksut mencegat teman2 di setelah jeram 5 berjaga jika ad yg terbalik/lepas dr perahu/ban.
Setelah masuk jeram 5 saya tidak bisa lg melihat mas Noveri & Aditya krn terhalang pohon bambu.
10mnt kemudian ban mas Noveri ditemukan Aditya tersangkut di batu 100m dr tkp.

Jam 14.30

Rombongan sampai di finish belakang waterboom Nongai.

Jam 15.00

Teman2 sepakat melakukan ops.SAR & menunjuk saya sbg SMC. Tim dibagi menjadi 4sru darat & 1sru air melakukan penyisiran dr tkp - finish.

Jam 17.00

Setelah disusur sebanyak 3X sru mas Muji menemukan helm & pelampung yg digunakan mas Noveri di jarak 400m dr tkp.

Jam 23.00

Ops.SAR ditutup dgn hasil nihil & dilanjutkan besok pagi.

Rezha Repri Pratama

Hingga saya menuliskan ini, 24 November 2016 pukul 10.45 WIB, belum ada kabar valid tentang Noveri. Teman-teman, mohon doanya.

*Bersambung
RZ Hakim © 2014